Pendekatan Arsitektur Postmodern Menurut Charles Jencks

Pendekatan Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Postmodernisme dalam arsitektur muncul sebagai respons terhadap keterbatasan dan keseragaman yang dihasilkan oleh arsitektur modern. Salah satu tokoh utama yang mempopulerkan konsep postmodern dalam arsitektur adalah Charles Jencks. Dalam bukunya The Language of Post-Modern Architecture (1977), Jencks mengkritik gaya arsitektur modern yang dianggap monoton dan kurang kontekstual dengan budaya serta sejarah lokal. Menurutnya, arsitektur harus lebih ekspresif, berorientasi pada makna, dan mencerminkan pluralisme budaya.

1. Teori Postmodernisme Menurut Charles Jencks

Charles Jencks mendefinisikan postmodernisme sebagai suatu pendekatan desain yang berusaha mengembalikan simbolisme, makna, dan variasi dalam arsitektur. Postmodernisme menolak prinsip arsitektur modern yang hanya berfokus pada fungsionalitas dan minimalisme, serta menekankan bahwa bangunan harus mampu berkomunikasi dengan penggunanya melalui bentuk, warna, dan elemen historis.

Salah satu pernyataan terkenal dari Jencks adalah bahwa arsitektur modern "diumumkan mati pada 15 Juli 1972 pukul 15:32" ketika kompleks perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis, AS dihancurkan. Jencks melihat kehancuran ini sebagai bukti kegagalan arsitektur modern dalam memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.

2. Prinsip Desain Postmodernisme Dalam Arsitektur

Menurut Charles Jencks, terdapat beberapa prinsip desain utama dalam pendekatan arsitektur postmodern, di antaranya:

a. Pluralisme Arsitektural

  • Arsitektur postmodern tidak terpaku pada satu gaya tertentu.
  • Menggunakan berbagai pendekatan dari sejarah arsitektur, budaya lokal, serta teknologi modern.

b. Dual Coding (Pengodean Ganda)

  • Bangunan dirancang dengan dua tingkat pemaknaan: satu untuk masyarakat awam dan satu untuk kalangan akademik atau profesional.
  • Misalnya, bangunan bisa memiliki elemen yang mengingatkan pada arsitektur klasik tetapi diterapkan dengan cara yang lebih humoris atau ironis.

c. Konteks Dan Lokalitas

  • Berbeda dengan arsitektur modern yang cenderung seragam, arsitektur postmodern menyesuaikan desain dengan konteks budaya, sejarah, dan lingkungan setempat.
  • Jencks menekankan bahwa bangunan harus menyatu dengan sejarah dan budaya di mana ia dibangun.

d. Campuran Gaya Lama Dan Baru

  • Postmodernisme mengadopsi unsur-unsur dari arsitektur klasik, gotik, barok, dan bahkan modern, kemudian menggabungkannya dalam bentuk baru.
  • Kombinasi ini sering menghasilkan desain yang tidak konvensional dan eklektik.

e. Ornamen Dan Dekorasi

  • Postmodernisme menolak kesederhanaan modernisme yang menghindari ornamen dan dekorasi.
  • Elemen dekoratif digunakan untuk memberikan makna simbolik dan estetika tambahan.

f. Humor Dan Ironi

  • Bangunan postmodern sering menggunakan elemen humor, permainan bentuk, dan ironi dalam desainnya.
  • Misalnya, penggunaan kolom klasik yang hanya bersifat dekoratif tanpa fungsi struktural.

g. Fragmentasi Dan Bentuk Kompleks

  • Desain arsitektur tidak lagi mengutamakan bentuk geometris yang bersih seperti dalam modernisme, melainkan mengadopsi bentuk-bentuk yang lebih kompleks dan asimetris.
  • Fragmentasi digunakan untuk menciptakan pengalaman visual yang dinamis dan beragam.

3. Ciri dan Karakteristik Arsitektur Postmodern

1. Aspek Ideologi (Ideological)

Aspek ini mencerminkan konsep-konsep fundamental yang membentuk arsitektur postmodern sebagai suatu pendekatan desain yang lebih bebas dan responsif terhadap kebutuhan sosial serta budaya.

a. Pengodean Ganda Dari Gaya (Double Coding of Style)

Salah satu ciri utama arsitektur postmodern adalah perpaduan dua atau lebih gaya arsitektur dalam satu bangunan. Biasanya, gaya modern dikombinasikan dengan elemen historis, vernakular, atau bahkan simbolisme budaya tertentu. Misalnya, bangunan dengan fasad yang terlihat modern tetapi memiliki elemen klasik seperti kolom atau ornamen tradisional.

b. Popular dan Pluralistik (Popular and Pluralist)

Arsitektur postmodern tidak terpaku pada satu prinsip desain tertentu, melainkan mengakomodasi berbagai pendekatan. Keberagaman gaya dan fleksibilitas dalam desain dianggap lebih baik dibandingkan pendekatan tunggal yang diterapkan dalam arsitektur modern.

c. Bentuk Semiotik (Semiotic Form)

Bangunan dalam arsitektur postmodern dirancang agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas. Bentuk dan elemen desainnya sering kali menyiratkan makna tertentu yang dapat dikenali, baik secara eksplisit maupun melalui simbolisme arsitektural. Contohnya, penggunaan bentuk bangunan yang menyerupai objek atau ikon budaya tertentu.

d. Tradisi dan Pilihan (Tradition and Choice)

Meskipun arsitektur postmodern bersifat eksperimental, elemen tradisional tetap diaplikasikan secara selektif. Penggunaan unsur budaya atau sejarah dilakukan dengan tujuan tertentu, bukan sekadar meniru gaya lama tetapi untuk memberikan identitas dan relevansi terhadap konteks lokal.

e. Arsitek sebagai Seniman dan Penerjemah Kebutuhan Klien (Artist or Client)

Dalam arsitektur postmodern, peran arsitek mencakup dua aspek utama. Pertama, sebagai seniman yang mengekspresikan kreativitasnya dalam desain (aspek internal). Kedua, sebagai perancang yang menyesuaikan desain dengan kebutuhan pengguna dan masyarakat luas (aspek eksternal).

f. Elitisme vs Partisipasi (Elitist and Participative)

Jika arsitektur modern cenderung menciptakan bangunan yang eksklusif dan sulit dipahami masyarakat umum, arsitektur postmodern justru lebih inklusif. Desainnya sering kali mengundang keterlibatan publik dalam interpretasi dan penggunaannya.

g. Pendekatan Parsial (Piecemeal Approach)

Arsitektur postmodern tidak menerapkan satu konsep desain secara keseluruhan, tetapi lebih memilih elemen-elemen tertentu sesuai kebutuhan. Unsur sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan faktor lingkungan digunakan secara spesifik untuk memperkaya makna desain.

h. Arsitek sebagai Representatif dan Aktivis (Architect as Representative and Activist)

Dalam arsitektur postmodern, arsitek tidak hanya berperan sebagai desainer, tetapi juga sebagai penerjemah kebutuhan sosial dan budaya ke dalam bentuk arsitektur. Mereka aktif dalam memahami konteks dan berusaha menciptakan desain yang lebih relevan dengan masyarakat.

2. Aspek Gaya (Stylistic)

Gaya dalam arsitektur postmodern merupakan ekspresi dari berbagai bentuk, metode, dan pendekatan desain yang khas. Berbeda dengan arsitektur modern yang lebih seragam dan fungsional, arsitektur postmodern menawarkan keragaman dalam bentuk dan estetika. Pendekatan arsitektur ini menekankan penggunaan elemen-elemen historis, simbolik, serta inovasi dalam perancangan ruang dan fasad bangunan.

a. Ekspresi Hibrida (Hybrid Expression)

Gaya arsitektur postmodern sering kali mengombinasikan berbagai elemen dari arsitektur modern dengan unsur vernakular (lokal), metaforis, revivalis, komersial, dan kontekstual. Dengan pendekatan ini, sebuah bangunan bisa mengandung elemen-elemen futuristik sekaligus memiliki bentuk atau detail yang terinspirasi dari tradisi atau sejarah arsitektur tertentu.

b. Kompleksitas (Complexity)

Kompleksitas dalam arsitektur postmodern muncul sebagai hasil dari berbagai ideologi dan prinsip yang diterapkan dalam perancangan. Alih-alih mengikuti satu pendekatan tunggal seperti dalam arsitektur modern, bangunan postmodern sering menampilkan bentuk dan elemen yang rumit, mengundang pengamat untuk mengeksplorasi dan memahami desainnya lebih dalam.

c. Ruang Variabel Dengan Kejutan (Variable Space with Surprise)

Arsitektur postmodern menghadirkan pengalaman ruang yang dinamis dengan elemen kejutan. Hal ini dapat diwujudkan melalui permainan warna, detail dekoratif, pencahayaan, atau atmosfer interior yang berubah-ubah di berbagai area bangunan. Pendekatan ini menciptakan pengalaman pengguna yang lebih menarik dan tidak monoton.

d. Bentuk Konvensional Dan Abstrak (Conventional and Abstract Form)

Bangunan postmodern menggabungkan elemen bentuk konvensional dengan komposisi yang lebih abstrak dan ekspresif. Beberapa desain mungkin menampilkan bentuk yang mudah dikenali, seperti rumah bergaya klasik, tetapi dengan modifikasi atau elemen tambahan yang membuatnya tampak unik dan tidak biasa.

e. Eklektisisme (Eclectic)

Pendekatan eklektik dalam arsitektur postmodern mengacu pada pencampuran berbagai gaya arsitektur yang saling terintegrasi untuk menciptakan harmoni. Perpaduan ini bisa melibatkan gaya klasik, gotik, modern, hingga tradisional dalam satu desain yang tetap memiliki kesatuan estetika.

f. Semiotik (Semiotic)

Arsitektur postmodern sering menggunakan elemen desain yang memiliki makna simbolik atau semiotik tertentu. Bentuk dan dekorasi bangunan dirancang untuk mengomunikasikan fungsi, nilai budaya, atau konsep tertentu kepada pengamat.

g. Estetika Campuran Yang Bervariasi (Variable Mixed Aesthetic)

Estetika dalam arsitektur postmodern merupakan perpaduan berbagai elemen visual dan fungsional tanpa mengganggu kinerja bangunan. Hal ini memungkinkan desain yang lebih artistik sekaligus tetap mempertimbangkan aspek kenyamanan dan efisiensi bangunan.

h. Ornamen Organik Yang Diterapkan (Pro Organic Applied Ornament)

Salah satu ciri khas arsitektur postmodern adalah penggunaan ornamen yang terinspirasi dari bentuk-bentuk organik, seperti pola alami, tekstur yang menyerupai unsur biologis, atau detail dekoratif yang kompleks. Ornamen ini memberikan kesan hidup dan dinamis pada bangunan.

i. Representasi Yang Kuat (Pro Representation)

Arsitektur postmodern sering kali menampilkan elemen desain yang sangat jelas dan mudah dikenali. Bentuk-bentuk bangunan dibuat agar memiliki identitas yang kuat, sehingga pengamat dapat dengan mudah memahami fungsi dan karakter bangunan tersebut.

j. Metafora Dalam Desain (Pro Metaphor)

Bangunan dalam arsitektur postmodern sering kali mengadopsi bentuk-bentuk yang memiliki makna metaforis atau alegoris. Misalnya, sebuah museum sains yang berbentuk seperti molekul atau gedung konser dengan fasad yang menyerupai gelombang suara. Pendekatan ini membuat arsitektur lebih komunikatif dan memiliki daya tarik visual yang unik.

k. Referensi Historis (Pro Historical Reference)

Arsitektur postmodern tidak ragu untuk mengadaptasi atau menginterpretasikan kembali elemen-elemen dari gaya arsitektur masa lalu. Bentuk, detail, atau ornamentasi dari arsitektur klasik, gotik, renaisans, atau gaya lainnya dapat diaplikasikan kembali dengan sentuhan modern.

l. Humor Dalam Desain (Pro Humor)

Tidak seperti arsitektur modern yang sering kali dianggap serius dan kaku, arsitektur postmodern mengadopsi pendekatan yang lebih santai dan humoris. Hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk bangunan yang unik, penggunaan warna yang mencolok, atau permainan proporsi dan skala yang tidak biasa.

m. Simbolisme dalam Arsitektur (Pro Symbolic)

Bangunan postmodern sering kali menyampaikan pesan atau nilai tertentu melalui simbolisme arsitektural. Misalnya, bangunan pemerintahan yang menggunakan elemen-elemen yang mencerminkan kekuatan dan stabilitas, atau museum seni yang memiliki bentuk ekspresif untuk mencerminkan kreativitas.

3. Gagasan Perancangan (Design Ideas)

Gagasan perancangan dalam arsitektur postmodern berfokus pada konsep desain yang inovatif dan fleksibel, yang bertujuan untuk menghadirkan lingkungan binaan yang lebih dinamis, ekspresif, dan bermakna. Berbeda dengan pendekatan modernisme yang lebih fungsional dan minimalis, arsitektur postmodern sering mengutamakan permainan bentuk, kontekstualitas, serta integrasi berbagai elemen yang saling bertabrakan namun tetap harmonis.

a. Urbanisme Kontekstual dan Rehabilitasi (Contextual Urbanism and Rehabilitation)

Arsitektur postmodern menekankan pentingnya hubungan antara bangunan dengan konteks urban di sekitarnya. Desain tidak hanya berfokus pada estetika atau fungsi individual, tetapi juga bagaimana bangunan tersebut dapat mendukung dan berkontribusi terhadap lingkungan perkotaan, baik dari aspek sosial, budaya, maupun ekologis. Proses rehabilitasi atau adaptasi bangunan lama sering kali diterapkan untuk menjaga kesinambungan sejarah dan karakter kota.

b. Pencampuran Fungsi (Functional Mixing)

Bangunan postmodern sering dirancang dengan konsep multi-fungsi, di mana satu bangunan dapat menampung berbagai aktivitas dan kebutuhan sekaligus. Misalnya, dalam satu kompleks arsitektural dapat terdapat fungsi hunian, komersial, dan ruang publik yang saling berintegrasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih hidup dan fleksibel.

c. Gaya Mannerist Dan Barok (Mannerist and Baroque)

Arsitektur postmodern sering kali menunjukkan kecenderungan untuk tampil menonjol dan dramatis, mirip dengan karakteristik arsitektur Mannerisme dan Barok dalam sejarah arsitektur klasik. Elemen-elemen desain sering kali dibuat lebih ekspresif, berlebihan, atau bahkan provokatif untuk menarik perhatian dan memberikan pengalaman ruang yang unik.

d. Penggunaan Elemen Berlebihan Dan Penuh Makna (All Pletorical Means)

Dalam arsitektur postmodern, desain tidak sekadar mengikuti fungsi tetapi juga berusaha menghadirkan bentuk yang penuh arti. Setiap elemen dalam bangunan bisa memiliki makna simbolis, sejarah, atau bahkan naratif tertentu yang dapat dipahami oleh pengamat atau pengguna.

e. Ruang Miring Dan Ekstensi Dinamis (Skew Space and Extensions)

Bangunan postmodern sering kali menggunakan pendekatan desain yang dinamis, dengan bentuk yang asimetris atau tampak seperti diperpanjang (extension) secara tidak konvensional. Hal ini menciptakan kesan gerak dan ekspresi yang lebih menarik dibandingkan dengan komposisi simetris yang lebih formal dalam arsitektur modern.

f. Bangunan Yang Berinteraksi Dengan Jalan (Street Building)

Konsep ini berfokus pada bagaimana bangunan dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan jalan dan ruang publik di sekitarnya. Alih-alih menjadi elemen yang terpisah atau eksklusif, bangunan postmodern sering dirancang untuk menarik perhatian, memberikan pengalaman visual, dan menciptakan interaksi dengan orang yang melintasi area tersebut.

g. Ambiguitas Dalam Desain (Ambiguity)

Salah satu ciri utama arsitektur postmodern adalah kemampuannya untuk menghadirkan desain yang bersifat ambigu atau memiliki makna ganda. Sebuah bangunan bisa terlihat memiliki elemen tradisional tetapi dalam waktu yang sama menampilkan elemen futuristik, atau dapat berfungsi untuk lebih dari satu tujuan dalam satu bentuk yang sama.

h. Kecenderungan Menuju Simetri Yang Tidak Simetris (Trends to Asymmetrical Symmetry)

Berbeda dengan simetri klasik yang sangat formal, arsitektur postmodern sering menerapkan konsep simetri yang tidak sepenuhnya seimbang. Hal ini menciptakan tampilan visual yang menarik dan dinamis, di mana keseimbangan desain tidak dicapai melalui keteraturan mutlak, tetapi melalui keseimbangan komposisional yang lebih fleksibel.

i. Kolase dan Tabrakan Elemen (Collage/Collision)

Gaya postmodern sering kali mencampurkan berbagai elemen desain yang berasal dari gaya, era, atau konteks yang berbeda, menciptakan tampilan yang kaya dan kompleks. Pendekatan ini dapat melibatkan penggunaan berbagai material, bentuk arsitektural, atau dekorasi yang tampaknya tidak berkaitan tetapi disatukan dalam satu komposisi yang harmonis.

4. Aliran-Aliran Dalam Postmodern Menurut Charles Jencks

a. Arsitektur Neo-Vernakular (Neo-Vernacular Architecture)

Merupakan perpaduan antara arsitektur modern dengan unsur-unsur arsitektur tradisional setempat. Bangunan dalam aliran ini tidak sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip arsitektur vernakular secara fungsional, melainkan lebih menonjolkan aspek visualnya, seperti penggunaan bentuk atap khas daerah tertentu, material alami, atau elemen dekoratif yang mencerminkan budaya setempat. Salah satu contoh penerapan aliran ini adalah New Gourna karya Hassan Fathy, yang mengadaptasi bentuk dan teknik bangunan tradisional Mesir dalam konteks arsitektur modern.

New Gourna - Hassan Fathy - Contoh Aliran Arsitektur Neo-Vernakular Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar New Gourna - Hassan Fathy - Contoh Aliran Arsitektur Neo-Vernakular.

  • Dasar ideologinya: bentuk semiotik, double coding, pluralisme dan popularitas, arsitek sebagai seniman dan klien, serta arsitek sebagai aktivis dan representatif.
  • Dasar gaya/style: ekspresi hybrid, kompleksitas yang kontras, eklektisisme, artikulasi semiotik, pro-sejarah, dan pro-organik.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual, pencampuran fungsi, ambiguitas, serta pendekatan kolase dalam elemen arsitektur.

b. Arsitektur Neo-Klasik (Neo-Classical Architecture)

Merupakan pendekatan yang menghidupkan kembali prinsip-prinsip arsitektur klasik, tetapi dengan interpretasi yang lebih fleksibel dalam konteks modern. Gaya ini tetap mempertahankan unsur-unsur utama dari arsitektur klasik seperti simetri, proporsi harmonis, kolom-kolom megah, dan ornamen dekoratif yang elegan. Namun, unsur-unsur tersebut tidak diterapkan secara kaku, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan desain kontemporer. Salah satu contoh penerapan aliran ini adalah Kampus Thomas Jefferson di University of Virginia, karya Thomas Jefferson yang mengadopsi elemen arsitektur Yunani dan Romawi dalam perancangan bangunan akademik.

University of Virginia - Thomas Jefferson - Contoh Aliran Arsitektur Neo-Klasik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar University of Virginia - Thomas Jefferson - Contoh Aliran Arsitektur Neo-Klasik.

  • Dasar ideologinya: bentuk semiotik, double coding, penghormatan terhadap sejarah, dan keterlibatan arsitek sebagai aktivis serta representatif dalam merancang lingkungan binaan.
  • Dasar gaya/style: eklektisisme, ekspresi hybrid, pro-sejarah, kompleksitas dalam kesederhanaan, serta konvensional dengan sentuhan abstrak.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual, pencampuran fungsi dengan struktur monumental, serta penekanan pada keseimbangan antara estetika klasik dan inovasi modern.

c. Arsitektur Metafora (Metaphoric Architecture)

Arsitektur Metafora adalah pendekatan desain yang menggunakan bentuk-bentuk simbolis atau alegoris untuk menyampaikan makna tertentu. Gaya ini sering kali mengambil inspirasi dari elemen alam, budaya, atau objek tertentu yang memiliki asosiasi dengan konsep atau cerita tertentu. Bangunan yang mengadopsi arsitektur metaforis biasanya memiliki bentuk yang tidak konvensional, mencerminkan gagasan atau filosofi yang ingin disampaikan oleh arsiteknya. Salah satu contoh terkenal dari gaya ini adalah TWA Flight Center di Bandara JFK, New York, karya Eero Saarinen, yang desainnya menyerupai burung yang sedang mengepakkan sayap, melambangkan dinamisme dan kebebasan perjalanan udara.

TWA Flight Center - Eero Saarinen - Contoh Aliran Arsitektur Metafora Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar TWA Flight Center - Eero Saarinen - Contoh Aliran Arsitektur Metafora.

  • Dasar ideologinya: bentuk semiotik, double coding, penggunaan simbol yang kuat, serta peran arsitek sebagai komunikator ide dan aktivis.
  • Dasar gaya/style: ekspresi hybrid, kompleksitas dalam bentuk, pro-metafor, pro-simbolik, serta elemen artistik yang mencerminkan makna tertentu.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual, penggunaan bentuk yang mendua atau ambigu dalam interpretasi, serta kolase dari berbagai elemen untuk menciptakan makna yang lebih dalam.

Contoh lain dari arsitektur metaforis termasuk Burj Al Arab di Dubai, karya Tom Wright yang berbentuk seperti layar kapal sebagai simbol kemajuan maritim Uni Emirat Arab, serta The Lotus Temple di India, karya Fariborz Sahba yang menampilkan bentuk bunga teratai sebagai lambang kesucian dan kedamaian.

Burj Al Arab - Tom Wright - Contoh Aliran Arsitektur Metafora Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Burj Al Arab - Tom Wright - Contoh Aliran Arsitektur Metafora.

The Lotus Temple - Fariborz Sahba - Contoh Aliran Arsitektur Metafora Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Lotus Temple - Fariborz Sahba - Contoh Aliran Arsitektur Metafora.

d.Arsitektur Dekonstruktivisme (Deconstructivist Architecture)

Arsitektur Dekonstruktivisme adalah aliran dalam arsitektur postmodern yang menekankan bentuk-bentuk yang tidak beraturan, asimetris, dan tampak terfragmentasi. Gaya ini menolak keteraturan geometris tradisional dan sering kali memberikan kesan bangunan yang terdistorsi atau seolah-olah sedang runtuh. Dekonstruktivisme berkembang sebagai respons terhadap modernisme dan sering kali terinspirasi oleh teori filsafat dekonstruksi dari Jacques Derrida. Salah satu contoh ikonik dari gaya ini adalah Guggenheim Museum Bilbao, karya Frank Gehry, yang menampilkan bentuk-bentuk lengkung dinamis dan penggunaan material reflektif seperti titanium untuk menciptakan kesan futuristik dan non-konvensional.

Guggenheim Museum Bilbao - Frank Gehry - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Guggenheim Museum Bilbao - Frank Gehry - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme.

  • Dasar ideologinya: anti-struktur tradisional, kompleksitas dan ambiguitas, perlawanan terhadap harmoni simetris, serta arsitek sebagai eksperimentator bentuk dan ruang.
  • Dasar gaya/style: kompleks dan berlawanan, asimetri ekstrem, ekspresi hybrid, pro-metafor, serta penggunaan elemen non-linear dalam desain.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual dengan elemen yang terfragmentasi, eksplorasi bentuk dan ruang yang tidak terduga, serta penggunaan kolase visual dan struktur yang tampak tak stabil.

Contoh lain dari arsitektur dekonstruktivisme meliputi Walt Disney Concert Hall di Los Angeles (Frank Gehry), The Jewish Museum di Berlin (Daniel Libeskind), dan Vitra Fire Station di Jerman (Zaha Hadid).

Walt Disney Concert Hall - Frank Gehry - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Walt Disney Concert Hall - Frank Gehry - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme.

The Jewish Museum - Daniel Libeskind - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Jewish Museum - Daniel Libeskind - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme.

Vitra Fire Station - Zaha Hadid - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Vitra Fire Station - Zaha Hadid - Contoh Aliran Arsitektur Dekonstruktivisme.

e. Arsitektur Eklektik (Eclectic Architecture)

Arsitektur Eklektik adalah pendekatan desain yang menggabungkan berbagai elemen dari gaya arsitektur yang berbeda untuk menciptakan suatu bentuk yang unik dan harmonis. Gaya ini tidak terikat pada satu prinsip atau aliran tertentu, melainkan mengadopsi elemen terbaik dari berbagai gaya historis maupun modern sesuai dengan konteks dan kebutuhan desain. Arsitektur eklektik banyak digunakan dalam pembangunan gedung-gedung institusional, perkantoran, hingga hunian mewah. Salah satu contoh terkenal adalah The Paris Opera House karya Charles Garnier, yang menggabungkan elemen Baroque, Renaissance, dan Classical dalam satu desain yang megah dan dekoratif.

The Paris Opera House - Charles Garnier - Contoh Aliran Arsitektur Eklektik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Paris Opera House - Charles Garnier - Contoh Aliran Arsitektur Eklektik.

  • Dasar ideologinya: pluralisme dalam desain, kebebasan memilih elemen dari berbagai periode arsitektur, serta fleksibilitas dalam interpretasi gaya.
  • Dasar gaya/style: ekspresi hybrid, perpaduan elemen historis dan modern, kompleksitas dalam ornamen, serta kecenderungan untuk menampilkan elemen dekoratif yang beragam.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual, penggabungan fungsi yang beragam, serta kolase berbagai elemen untuk menciptakan identitas arsitektur yang unik.

Contoh lain dari arsitektur eklektik meliputi The Palace of Westminster di London karya Charles Barry, AWN Pugin, dan Giles Gilbert Scott, dan The Woolworth Building di New York karya Cass Gilbert.

The Palace of Westminster - Charles Barry - Contoh Aliran Arsitektur Eklektik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Palace of Westminster - Charles Barry - Contoh Aliran Arsitektur Eklektik.

The Woolworth Building - Cass Gilbert - Contoh Aliran Arsitektur Eklektik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Woolworth Building - Cass Gilbert - Contoh Aliran Arsitektur Eklektik.

f. Arsitektur Pop (Pop Architecture)

Arsitektur Pop adalah aliran dalam arsitektur postmodern yang dipengaruhi oleh budaya populer, seni pop, dan elemen visual yang mencolok. Gaya ini sering menggunakan warna-warna cerah, bentuk-bentuk tidak konvensional, serta elemen-elemen ikonik yang terinspirasi dari dunia hiburan, iklan, dan media massa. Arsitektur Pop muncul sebagai respons terhadap keseriusan dan minimalisme modernisme, dengan pendekatan yang lebih ekspresif, eksperimental, dan terkadang satiris. Salah satu contoh terkenal adalah Binishells karya Dante Bini, yang menampilkan struktur berbentuk kubah yang unik dan futuristik.

Binishells - Dante Bini - Contoh Aliran Arsitektur Pop Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Binishells - Dante Bini - Contoh Aliran Arsitektur Pop.

  • Dasar ideologinya: merayakan budaya populer, penggunaan simbol-simbol visual yang familiar bagi masyarakat luas, serta eksplorasi bentuk dan warna yang tidak konvensional.
  • Dasar gaya/style: estetika yang berani dan mencolok, sering kali dengan penggunaan material eksperimental, kombinasi warna yang kontras, serta bentuk yang terinspirasi dari dunia hiburan dan media.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual dengan pendekatan yang lebih bermain dan interaktif, eksplorasi fungsi campuran, serta penggunaan elemen yang mengundang keterlibatan publik.

Contoh lain dari arsitektur Pop seperti Googie Architecture di Amerika Serikat (seperti restoran dan pom bensin bergaya futuristik) yang digagas awal oleh John Lautner dan Bubble House karya Antti Lovag di Prancis, yang menampilkan desain organik dan eksperimental.

Googie Architecture - John Lautner - Contoh Aliran Arsitektur Pop Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Googie Architecture - John Lautner - Contoh Aliran Arsitektur Pop.

Bubble House - Antti Lovag - Contoh Aliran Arsitektur Pop Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Bubble House - Antti Lovag - Contoh Aliran Arsitektur Pop.

g. Arsitektur High-Tech (High-Tech Architecture)

Arsitektur High-Tech adalah gaya arsitektur yang menonjolkan penggunaan teknologi canggih, material inovatif, dan struktur yang diekspresikan secara eksplisit. Aliran ini berkembang sejak akhir abad ke-20 sebagai evolusi dari modernisme, dengan fokus pada eksplorasi elemen struktural, transparansi, serta integrasi teknologi dalam desain bangunan. Ciri khasnya adalah penggunaan material industri seperti baja, kaca, dan beton, serta sistem mekanikal yang terlihat jelas sebagai bagian dari estetika desain. Salah satu contoh paling terkenal dari arsitektur High-Tech adalah Centre Pompidou di Paris, karya Renzo Piano dan Richard Rogers, yang memperlihatkan struktur rangka baja dan sistem utilitas di bagian eksterior bangunan.

Centre Pompidou - Renzo Piano - Contoh Aliran Arsitektur High-Tech Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Centre Pompidou - Renzo Piano - Contoh Aliran Arsitektur High-Tech.

  • Dasar ideologinya: transparansi teknologi, ekspresi struktural, efisiensi energi, serta inovasi dalam material dan konstruksi.
  • Dasar gaya/style: struktur terbuka dan terekspos, penggunaan elemen modular, fasad yang sering kali berbentuk grid atau kaca transparan, serta pencahayaan dan ventilasi yang dioptimalkan dengan pendekatan teknologi tinggi.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual dengan adaptasi terhadap perkembangan teknologi, fleksibilitas ruang, serta integrasi sistem mekanikal sebagai bagian dari estetika arsitektural.

Contoh lain dari arsitektur High-Tech adalah Lloyd’s Building di London karya Richard Rogers dan Hong Kong and Shanghai Bank Headquarters (HSBC) karya Norman Foster.

Lloyd’s Building - Richard Rogers - Contoh Aliran Arsitektur High-Tech Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Lloyd’s Building - Richard Rogers - Contoh Aliran Arsitektur High-Tech.

Hong Kong and Shanghai Bank Headquarters (HSBC) Building - Norman Foster - Contoh Aliran Arsitektur High-Tech Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Hong Kong and Shanghai Bank Headquarters (HSBC) Building - Norman Foster - Contoh Aliran Arsitektur High-Tech.

i. Arsitektur Regionalisme Kritis (Critical Regionalism)

Arsitektur Regionalisme Kritis adalah pendekatan desain yang menggabungkan prinsip-prinsip modernisme dengan karakteristik lokal suatu tempat, baik dalam konteks budaya, iklim, maupun material. Aliran ini muncul sebagai respons terhadap homogenisasi global dalam arsitektur modern, dengan menekankan pentingnya identitas lokal tanpa meninggalkan inovasi teknologi dan estetika kontemporer. Konsep ini dikembangkan oleh arsitek dan teoretikus seperti Kenneth Frampton, yang menekankan bahwa arsitektur harus berakar pada konteks geografis dan budaya, namun tetap bersifat universal. Salah satu contoh terkenal dari arsitektur Regionalisme Kritis adalah Kanchanjunga Apartments di Mumbai, karya Charles Correa, yang mengadaptasi strategi tropis dalam desain hunian vertikal.

Kanchanjunga Apartments - Charles Correa - Contoh Aliran Arsitektur Regionalisme Kritis Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Kanchanjunga Apartments - Charles Correa - Contoh Aliran Arsitektur Regionalisme Kritis.

  • Dasar ideologinya: perpaduan antara modernitas dan konteks lokal, eksplorasi material dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan, serta penghormatan terhadap budaya dan tradisi setempat.
  • Dasar gaya/style: adaptasi terhadap iklim dan lanskap setempat, penggunaan material lokal, integrasi elemen arsitektur tradisional dengan pendekatan desain kontemporer, serta respons terhadap orientasi dan pencahayaan alami.
  • Dasar ide desain: urbanisme kontekstual yang mempertimbangkan kondisi sosial dan lingkungan, pendekatan desain berbasis iklim (bioklimatik), serta pemanfaatan elemen tradisional dalam bentuk yang lebih abstrak dan modern.

Contoh lain dari arsitektur Regionalisme Kritis adalah Golden View Hotel Bagan di Myanmar karya Geoffrey Bawa, yang mengadaptasi elemen tropis dalam desain resor modern dan The Kanak Way di Kaledonia Baru karya Renzo Piano, yang menggunakan bentuk dan material khas suku Kanak.

Golden View Hotel Bagan - Geoffrey Bawa - Contoh Aliran Arsitektur Regionalisme Kritis Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Golden View Hotel Bagan - Geoffrey Bawa - Contoh Aliran Arsitektur Regionalisme Kritis.

The Kanak Way Nouméa - Renzo Piano - Contoh Aliran Arsitektur Regionalisme Kritis Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Kanak Way Nouméa - Renzo Piano - Contoh Aliran Arsitektur Regionalisme Kritis.

j. Arsitektur Futuristik (Futuristic Architecture)

Arsitektur Futuristik adalah gaya arsitektur yang berorientasi pada inovasi, eksplorasi teknologi, dan bentuk yang dinamis. Aliran ini menekankan penggunaan material canggih, desain yang aerodinamis, serta konsep yang visioner dan eksperimental. Arsitektur Futuristik berkembang sejak awal abad ke-20 dengan manifesto oleh Filippo Tommaso Marinetti dan Antonio Sant’Elia, dan terus berevolusi dengan integrasi teknologi mutakhir dalam desain bangunan. Ciri khasnya meliputi bentuk yang ekspresif, struktur kompleks, serta penggunaan material modern seperti baja, kaca, dan komposit ringan. Salah satu contoh paling terkenal dari arsitektur Futuristik adalah Heydar Aliyev Center di Baku, karya Zaha Hadid, yang menampilkan bentuk organik tanpa sudut tajam.

Heydar Aliyev Center - Zaha Hadid - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Heydar Aliyev Center - Zaha Hadid - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik.

  • Dasar ideologinya: inovasi tanpa batas, ekspresi dinamis, penciptaan bentuk yang mencerminkan kecepatan dan gerakan, serta eksplorasi konsep arsitektur masa depan.
  • Dasar gaya/style: bentuk aerodinamis dan fluid, penggunaan material high-tech, elemen struktural yang kompleks, serta desain yang menantang gravitasi dengan kurva dan geometri eksperimental.
  • Dasar ide desain: urbanisme visioner yang mempertimbangkan teknologi masa depan, ruang fleksibel yang dapat berubah sesuai kebutuhan, serta integrasi konsep sustainable smart city.

Contoh lain dari arsitektur Futuristik adalah Galaxy SOHO di Beijing karya Zaha Hadid, yang menampilkan desain tanpa sudut tajam, The Louvre Abu Dhabi karya Jean Nouvel, dengan struktur kubah bercahaya yang futuristik, serta Oculus di World Trade Center, New York karya Santiago Calatrava, yang memiliki bentuk menyerupai burung yang sedang terbang.

Galaxy SOHO - Zaha Hadid - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Galaxy SOHO - Zaha Hadid - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik.

The Louvre Abu Dhabi - Jean Nouvel - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar The Louvre Abu Dhabi - Jean Nouvel - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik.

Oculus - Santiago Calatrava - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik Cabang Dari PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Oculus - Santiago Calatrava - Contoh Aliran Arsitektur Futuristik.

5. Contoh Lain Bangunan Postmodern Menurut Charles Jencks

Beberapa contoh lain dari bangunan yang mencerminkan prinsip postmodernisme menurut Jencks adalah:

1. Piazza d’Italia (1978, New Orleans, AS) – Charles Moore

Piazza d’Italia - Charles Moore - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Piazza d’Italia - Charles Moore - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks.

Lokasi: New Orleans, Louisiana, AS | Fungsi: Ruang Publik & Plaza | Gaya: Postmodern Dengan Elemen Klasik

Piazza d’Italia adalah salah satu ikon awal arsitektur postmodern yang menghidupkan kembali elemen klasik dalam bentuk yang lebih humoris dan ironis.

Penerapan Teori & Prinsip Arsitektur Postmodern:

  • Pluralisme Arsitektural → Menggabungkan elemen klasik seperti kolom Doric, Ionic, dan Corinthian tetapi dalam bentuk yang lebih abstrak dan berwarna cerah.
  • Dual Coding (Pengodean Ganda) → Secara intelektual mengacu pada arsitektur klasik Romawi tetapi dengan sentuhan modern dan dekorasi kontemporer yang dapat dimengerti oleh masyarakat umum.
  • Konteks & Lokalitas → Dibangun sebagai perayaan budaya Italia-Amerika di New Orleans, mencerminkan penghormatan terhadap sejarah komunitas tersebut.
  • Ornamen & Dekorasi → Menggunakan elemen dekoratif yang mencolok seperti air mancur dan pencahayaan neon.
  • Humor & Ironi → Menampilkan bentuk-bentuk klasik tetapi dengan distorsi dan warna-warna yang tidak biasa, menciptakan nuansa parodi terhadap arsitektur klasik.

Piazza d’Italia adalah ekspresi kuat dari postmodernisme yang menolak kesederhanaan modernisme dan merangkul kompleksitas serta permainan simbolisme.

2. AT&T Building / Sony Tower (1984, New York, AS) – Philip Johnson

AT&T Building / Sony Tower - Philip Johnson - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar AT&T Building / Sony Tower - Philip Johnson - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks.

Lokasi: New York City, AS | Fungsi: Gedung Perkantoran | Gaya: Postmodern

Gedung ini adalah salah satu simbol utama peralihan dari modernisme ke postmodernisme dalam arsitektur komersial.

Penerapan Teori & Prinsip Arsitektur Postmodern:

  • Pluralisme Arsitektural → Memadukan bentuk geometris sederhana dengan elemen dekoratif yang terinspirasi dari gaya historis.
  • Dual Coding → Fasadnya terlihat seperti gedung perkantoran biasa tetapi memiliki puncak berbentuk seperti "Chippendale furniture", yang memberikan makna ganda bagi publik dan akademisi.
  • Konteks & Lokalitas → Menghormati sejarah arsitektur New York dengan elemen yang mengingatkan pada gaya klasik.
  • Ornamen & Dekorasi → Puncak bangunan yang melengkung menjadi ornamen yang kontras dengan bangunan modern yang kaku.
  • Humor & Ironi → Detail arsitekturalnya seperti puncak Chippendale menciptakan ironi terhadap gaya modern yang biasanya mengutamakan kesederhanaan.

AT&T Building menandai awal dari postmodernisme dalam arsitektur korporat, dengan kembali memasukkan elemen dekoratif dan simbolisme.

3. Portland Building (1982, Portland, AS) – Michael Graves

Portland Building - Michael Graves - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Portland Building - Michael Graves - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks.

Lokasi: Portland, Oregon, AS | Fungsi: Gedung Pemerintahan | Gaya: Postmodern Dengan Warna-Warna Berani

Portland Building adalah salah satu gedung perkantoran pertama yang secara eksplisit menampilkan gaya postmodern.

Penerapan Teori & Prinsip Arsitektur Postmodern:

  • Pluralisme Arsitektural → Menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris dengan warna kontras yang mencolok.
  • Dual Coding → Mengombinasikan elemen arsitektur klasik dengan estetika yang lebih modern dan fungsional.
  • Konteks & Lokalitas → Menggunakan warna dan motif yang merujuk pada identitas kota Portland.
  • Ornamen & Dekorasi → Menampilkan dekorasi abstrak di fasad dengan motif yang lebih dekoratif dibandingkan bangunan modern biasa.
  • Humor & Ironi → Menciptakan bangunan yang tampak monumental tetapi tetap bermain dengan warna dan bentuk yang tidak biasa.

Portland Building menjadi salah satu percontohan awal arsitektur postmodern yang mencerminkan kreativitas, kontras, dan kompleksitas desain.

4. Vanna Venturi House (1964, Pennsylvania, AS) – Robert Venturi

Vanna Venturi House - Robert Venturi - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks - aveharysaktidotcom

Gambar Vanna Venturi House - Robert Venturi - Contoh Arsitektur PostModern Menurut Charles Jencks.

Lokasi: Chestnut Hill, Pennsylvania, AS | Fungsi: Rumah Tinggal | Gaya: Postmodern Awal

Vanna Venturi House adalah salah satu contoh paling awal dan berpengaruh dalam arsitektur postmodern, dirancang oleh Robert Venturi untuk ibunya. Bangunan ini menjadi simbol kritik terhadap modernisme yang kaku dan terlalu minimalis.

Penerapan Teori & Prinsip Arsitektur Postmodern:

  • Pluralisme Arsitektural → Menggabungkan elemen-elemen rumah tradisional dengan pendekatan baru yang lebih bebas.
  • Dual Coding (Pengodean Ganda) → Bentuk rumah tampak sederhana seperti rumah tradisional, tetapi jika diamati lebih dalam, banyak detail yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip modernisme.
  • Konteks & Lokalitas → Venturi merancang rumah ini dengan skala yang akrab dan nyaman bagi penghuninya, berbeda dengan prinsip modernisme yang sering mengabaikan aspek ini.
  • Ornamen & Dekorasi → Atap pelana yang sangat sederhana namun dihiasi dengan elemen-elemen arsitektural yang "salah kaprah" secara sengaja, seperti pintu masuk yang tidak berada di tengah fasad.
  • Humor & Ironi → Fasadnya tampak simetris, tetapi memiliki elemen-elemen yang justru membuatnya asimetris, seolah mengolok-olok prinsip modernisme yang terlalu ketat terhadap simetri dan rasionalitas.

Vanna Venturi House menjadi salah satu bangunan paling berpengaruh dalam transisi dari modernisme ke postmodernisme, memperkenalkan konsep bahwa kompleksitas dan kontradiksi dalam desain dapat menciptakan pengalaman ruang yang lebih kaya dan menarik.

Kesimpulan

Charles Jencks adalah salah satu tokoh utama yang memperkenalkan dan mengembangkan teori postmodern dalam arsitektur. Ia menekankan bahwa arsitektur tidak hanya harus fungsional, tetapi juga memiliki makna dan ekspresi simbolik. Berbeda dengan modernisme yang cenderung minimalis dan seragam, arsitektur postmodern lebih ekspresif, kontekstual, dan penuh dengan permainan bentuk serta elemen sejarah. Berkembangnya teknologi dan kebutuhan desain yang lebih fleksibel, arsitektur postmodern tetap relevan dan terus menjadi inspirasi dalam perancangan arsitektur hingga saat ini.

Referensi

Jencks, Charles, (2007). Critical Modernism: Where is Post-Modernism Going? What is Post-Modernism?, 5th Edition. Academy Press

Jencks, Charles, (1990). Post-Modernism: The New Classicism in Art and Architecture. Rizzoli

Jencks, Charles, Karl Kropf, (2006). Theories and Manifestoes of Contemporary Architecture. Academy Press

Jencks, Charles, (2005). The Iconic Building. Rizzoli

Jencks, Charles, (1991). The Language of Postmodern Architecture. Wiley-Academy

Jencks, Charles, (2011). The Story of Post-Modernism: Five Decades of the Ironic, Iconic and Critical in Architecture. Wiley

Posting Komentar

Berikan Komentar (0)

Lebih baru Lebih lama