Bangunan Hijau mencakup berbagai langkah yang diterapkan sepanjang siklus hidupnya dan melibatkan empat dimensi utama, yaitu Perencanaan dan Pembangunan (Plan and Build), Pengoperasian (Operate), Peremajaan dan Renovasi (Refurbish/Renovate), serta Akhir Masa Pakai (End of Life). Setiap dimensi ini saling terkait dan berkontribusi dalam menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan efisien dalam jangka panjang. Seluruh dimensi ini dijabarkan lebih lanjut melalui empat aspek kunci, yaitu energi, iklim dalam ruangan, struktur bangunan dan ruang, serta pengelolaan air dan limbah.
Pada Dimensi Perencanaan dan Pembangunan, aspek energi menjadi perhatian utama dengan merancang bangunan yang memiliki konsumsi energi rendah, seperti penggunaan material isolasi yang baik dan orientasi bangunan yang memaksimalkan pencahayaan alami. Aspek iklim dalam ruangan diperhatikan melalui desain ventilasi silang dan pencahayaan alami yang optimal. Struktur bangunan dan ruang dirancang untuk fleksibilitas penggunaan ruang serta kemudahan renovasi di masa depan. Sementara itu, dalam hal air dan limbah, bangunan dirancang dengan sistem pengelolaan air hujan dan penggunaan instalasi sanitasi yang hemat air.
Pada Dimensi Pengoperasian, efisiensi energi diwujudkan melalui pemeliharaan sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang hemat energi dan penerapan teknologi pencahayaan LED. Iklim dalam ruangan dikelola dengan sistem otomatisasi untuk menjaga suhu dan kualitas udara tetap nyaman. Dalam konteks struktur dan ruang, ruang dalam bangunan diatur agar mendukung sirkulasi udara dan pergerakan alami cahaya. Penggunaan kembali air limbah yang diolah dan pengelolaan sampah yang efektif menjadi bagian dari strategi pengelolaan air dan limbah pada tahap ini.
Pada Dimensi Peremajaan dan Renovasi, peningkatan efisiensi energi dilakukan dengan mengganti peralatan lama yang boros energi dan menambahkan teknologi baru seperti panel surya. Iklim dalam ruangan disesuaikan melalui penggantian material interior yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Perbaikan struktur bangunan dan ruang dilakukan untuk memperbarui elemen arsitektural yang mendukung ketahanan bangunan terhadap perubahan iklim. Air dan limbah dikelola dengan memasang sistem baru yang lebih hemat dan memperbaiki sistem daur ulang yang ada.
Pada Dimensi Akhir Masa Pakai, efisiensi energi dicapai dengan mendaur ulang material bangunan untuk mengurangi kebutuhan produksi baru. Iklim dalam ruangan tidak lagi menjadi fokus, namun pembongkaran dilakukan dengan memperhatikan minimasi polusi udara dan suara. Struktur bangunan dan ruang dibongkar secara bertahap untuk memisahkan material yang dapat digunakan kembali. Air dan limbah dari proses pembongkaran dikelola agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Melalui penerapan keempat dimensi ini, bangunan hijau tidak hanya memastikan efisiensi operasional, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada keseimbangan antara kebutuhan manusia dan pelestarian lingkungan. Pada seri artikel Bangunan Hijau selanjutnya akan dibahas Aspek Energi Pada Bangunan Hijau, Aspek Iklim Dalam Ruangan Pada Bangunan Hijau, Aspek Selubung Bangunan dan Ruang Dalam Pada Bangunan Hijau, serta Aspek Air dan Limbah Sampah Pada Bangunan Hijau.
Referensi
7group, Bill Reed, (2009). The Integrative Design Guide to Green Building: Redefining the Practice of Sustainability. Wiley.
Fu, Y.; Wang, H.; Sun, W.; Zhang, X., (2021) New Dimension to Green Buildings: Turning Green into Occupant Well-Being. Buildings 2021, 11, 534. https://doi.org/10.3390/buildings11110534
Julia Affolderbach, Christian Schulz, (2018). Green Building Transitions. Springer.
U.S. Green Building Council, (2009). Green building design and construction. U.S. Green Building Council.
Yudelson, Jerry, (2007). Green Building A to Z: Understanding the Language of Green Building. New Society Publishers.
Posting Komentar