
Arsitektur Beaux-Arts adalah gaya arsitektur yang berkembang pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, dengan pengaruh kuat dari pendidikan arsitektur di École des Beaux-Arts, Paris. Gaya ini menggabungkan prinsip-prinsip klasik yang berasal dari arsitektur Yunani dan Romawi dengan elemen dekoratif yang kaya serta tata ruang yang simetris dan monumental. Para arsitek yang mengadopsi gaya Beaux-Arts sering kali menekankan keteraturan, keseimbangan, serta penggunaan material mewah seperti marmer dan batu berornamen. Desainnya juga memperhatikan hierarki ruang, di mana area utama lebih megah dibandingkan dengan ruang-ruang pendukung.
Pengaruh Arsitektur Beaux-Arts sangat terasa di berbagai bangunan publik, seperti museum, perpustakaan, stasiun kereta, serta gedung pemerintahan, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Karakteristik utama gaya ini meliputi fasad yang simetris, kolom dan pilaster klasik, serta penggunaan elemen dekoratif seperti patung, relief, dan kubah. Selain itu, pendekatan desain Beaux-Arts juga menekankan pada pengalaman pengguna dengan perencanaan ruang yang memperhitungkan aspek fungsional sekaligus estetika. Gaya ini kemudian menjadi simbol kemewahan dan keanggunan, sebelum akhirnya mengalami pergeseran dengan munculnya gaya arsitektur modern pada pertengahan abad ke-20.
1. Perbandingan Beaux-Arts Dengan Gaya Arsitektur Yang Memiliki Kemiripan
Karakteristik | Beaux-Arts | Neoklasik | Barok |
---|---|---|---|
Skala | Monumental dan mewah | Besar, tetapi lebih sederhana | Megah dan dramatis |
Simetri | Sangat simetris | Simetris | Terkadang asimetris |
Ornamen | Sangat kaya dan mendetail | Minimalis dibanding Beaux-Arts | Ekspresif dan dinamis |
Penggunaan Kolom | Order klasik digunakan sebagai elemen dekoratif | Kolom lebih fungsional dan sederhana | Kolom sering dikombinasikan dengan bentuk dinamis |
Atap | Mansard atau kubah | Atap pelana atau kubah | Kubah besar dengan efek ilusi |
Interior | Plafon tinggi, mural, dan relief | Lebih tenang dan sederhana | Berlimpah dengan elemen dekoratif dan ilusi optik |
Fungsi Urban | Digunakan dalam gedung publik dan monumental | Banyak pada bangunan pemerintahan dan institusi | Sering digunakan dalam gereja dan istana |
2. Prinsip Desain Arsitektur Beaux-Arts
Prinsip desain utama dalam pendekatan ini meliputi:
a. Simetri Dan Proporsi Klasik
Arsitektur Beaux-Arts sangat mengutamakan simetri dan proporsi klasik yang terinspirasi dari arsitektur Yunani dan Romawi kuno. Bangunan yang dirancang dalam gaya ini biasanya memiliki tata letak yang seimbang dengan elemen-elemen arsitektural yang tersusun secara harmonis. Fasad bangunan dibuat simetris, dengan pusat komposisi yang sering kali ditekankan oleh elemen monumental seperti pintu masuk megah, kolom-kolom klasik, atau kubah. Selain itu, proporsi setiap bagian bangunan dihitung dengan cermat untuk menciptakan kesan megah dan harmonis, sesuai dengan prinsip estetika klasik yang menekankan keseimbangan dan keteraturan. Hal ini memberikan tampilan yang elegan dan monumental, mencerminkan kemewahan serta kekuatan yang menjadi ciri khas gaya Beaux-Arts.
b. Hierarki Ruang
Arsitektur Beaux-Arts menekankan susunan ruang yang teratur dan simetris, di mana ruang utama dirancang lebih besar, lebih megah, dan lebih menonjol dibandingkan dengan ruang pendukung. Konsep ini mencerminkan pendekatan klasik dalam perancangan arsitektur yang menekankan pada keteraturan dan hierarki visual. Ruang utama, seperti aula masuk, lobi, atau ruang pertemuan besar, sering kali didekorasi dengan detail yang kaya, langit-langit tinggi, serta material mewah untuk menciptakan kesan monumental dan prestisius. Sementara itu, ruang-ruang pendukung, seperti lorong, ruang penyimpanan, atau area servis, dirancang dengan skala yang lebih kecil dan dekorasi yang lebih sederhana.
c. Penggunaan Kolom Dan Pilaster
Dalam Arsitektur Beaux-Arts, penggunaan kolom dan pilaster menjadi elemen penting yang berfungsi baik secara dekoratif maupun struktural. Gaya ini sering mengadopsi berbagai order klasik, seperti Doric yang kokoh dan sederhana, Ionic yang elegan dengan voluta, serta Corinthian yang lebih megah dengan hiasan daun akantus. Kolom-kolom ini tidak hanya mendukung struktur bangunan, tetapi juga memberikan kesan monumental dan simetris pada fasad. Selain kolom bebas, pilaster yaitu kolom yang menempel pada dinding juga digunakan untuk menambah dimensi dan kedalaman pada tampilan bangunan. Penggunaan elemen-elemen klasik ini mencerminkan kesinambungan dengan arsitektur Yunani dan Romawi kuno, memperkuat karakter formal serta kemewahan yang menjadi ciri khas gaya Beaux-Arts.
d. Fasad Yang Mengesankan
Fasad dalam Arsitektur Beaux-Arts dirancang untuk memberikan kesan megah dan dramatis melalui dekorasi yang kaya dan detail yang rumit. Elemen-elemen seperti patung, relief, serta ornamen klasik seperti karangan bunga, pilaster, dan fronton digunakan untuk memperkuat estetika bangunan. Patung dan relief sering kali menggambarkan figur alegoris atau mitologis yang menambah nilai artistik sekaligus memperkaya narasi visual bangunan. Sementara itu, pilaster dan fronton digunakan untuk menegaskan komposisi simetris serta memberikan kedalaman pada fasad. Kombinasi elemen-elemen ini menciptakan tampilan yang elegan dan monumental, menjadikan bangunan dalam gaya Beaux-Arts tidak hanya berfungsi secara struktural, tetapi juga sebagai karya seni yang mencerminkan kemewahan dan keagungan arsitektur klasik.
e. Pencahayaan Dan Ruang Terbuka
Dalam arsitektur Beaux-Arts, pencahayaan alami dan ruang terbuka menjadi aspek penting dalam perancangan bangunan, yang diwujudkan melalui penggunaan halaman tengah (courtyard) dan atrium. Elemen-elemen ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber pencahayaan alami, tetapi juga menciptakan sirkulasi udara yang baik, meningkatkan kenyamanan dalam ruang. Courtyard biasanya ditempatkan di tengah bangunan untuk memastikan setiap ruang mendapatkan akses cahaya yang cukup, sementara atrium sering dirancang dengan atap kaca atau skylight untuk memaksimalkan masuknya cahaya matahari. Desain Beaux-Arts dapat mengombinasikan estetika klasik dengan solusi fungsional yang mendukung keseimbangan antara keterbukaan ruang dan kemegahan arsitektur, menciptakan suasana yang terang, luas, dan elegan dalam bangunan.
f. Material Mewah
Arsitektur Beaux-Arts dikenal dengan penggunaan material mewah yang mencerminkan kemegahan dan prestise. Material berkualitas tinggi seperti marmer dan granit sering digunakan untuk lantai, dinding, serta pilar, memberikan kesan kokoh dan elegan. Selain itu, ornamen dari perunggu atau emas digunakan untuk memperkaya detail dekoratif, seperti pagar tangga, lampu gantung, dan hiasan fasad, yang semakin menonjolkan kemewahan bangunan. Pemilihan material ini tidak hanya bertujuan untuk estetika, tetapi juga untuk menciptakan daya tahan yang tinggi serta kesan monumental yang menjadi ciri khas gaya Beaux-Arts. Bangunan dalam gaya Beaux-Arts memiliki tampak yang megah, berwibawa, dan timeless, mencerminkan kejayaan arsitektur klasik yang dipadukan dengan detail artistik yang kaya.
g. Axial Planning
Arsitektur Beaux-Arts menekankan perencanaan ruang dengan sumbu utama yang jelas untuk menciptakan keseimbangan dan keteraturan dalam desain bangunan. Sumbu utama ini sering digunakan sebagai poros simetri yang mengarahkan tata letak ruang secara terstruktur, memastikan bahwa setiap elemen bangunan memiliki hubungan visual yang harmonis. Dengan pendekatan ini, bagian-bagian penting seperti pintu masuk utama, lorong besar, aula megah, dan ruang-ruang utama lainnya disusun sejajar dengan sumbu, memberikan kesan monumental dan terorganisir. Selain itu, perencanaan berbasis sumbu ini juga mempermudah orientasi pengguna di dalam bangunan, menciptakan pengalaman ruang yang intuitif sekaligus menegaskan kemegahan serta hierarki desain khas gaya Beaux-Arts.
3. Ciri Dan Karakteristik Arsitektur Beaux-Arts
a. Grand Entrance (Pintu Masuk Megah)
Ciri khas Arsitektur Beaux-Arts yang dirancang untuk menciptakan kesan monumental dan mengundang. Elemen ini sering dihiasi dengan pilar klasik yang menegaskan kemegahan serta memberikan struktur visual yang simetris dan proporsional. Pilar-pilar ini bisa berasal dari berbagai order klasik, seperti Doric, Ionic, atau Corinthian, tergantung pada tingkat detail dan kemewahan yang diinginkan. Selain itu, ukiran dekoratif yang rumit, seperti relief mitologis, ornamen floral, dan motif geometris, sering digunakan untuk memperkaya estetika pintu masuk. Elemen tambahan seperti lengkungan monumental, pintu ganda berbahan kayu solid dengan aksen perunggu atau emas, serta tangga megah yang mengarah ke lobi utama semakin menegaskan eksklusivitas dan prestise bangunan dalam gaya Beaux-Arts.
b. Atap Berbentuk Mansard Atau Kubah
Salah satu ciri khas Arsitektur Beaux-Arts adalah penggunaan atap berbentuk mansard atau kubah yang memberikan kesan megah dan monumental pada bangunan. Atap mansard, yang berasal dari arsitektur Prancis, memiliki kemiringan curam dengan jendela dormer yang sering dihiasi ornamen klasik, menciptakan tampilan elegan dan memperluas ruang di lantai atas. Sementara itu, atap berbentuk kubah digunakan untuk menonjolkan bagian utama bangunan, seperti aula besar atau lobi utama, sering kali dihiasi dengan relief, patung, atau lukisan fresko untuk menambah nilai artistik. Detail arsitektural yang rumit pada atap ini, seperti balustrade, hiasan cornice, atau puncak dekoratif, semakin memperkaya estetika bangunan dalam gaya Beaux-Arts, menjadikannya simbol kemewahan dan prestise.
c. Skala Besar Dan Monumental
Arsitektur Beaux-Arts dikenal dengan skala besar dan desain monumental yang bertujuan menciptakan kesan megah serta mengesankan. Bangunan dalam gaya ini dirancang dengan proporsi yang luas, langit-langit tinggi, serta fasad yang simetris dan kaya akan detail dekoratif. Elemen-elemen seperti kolom besar, tangga megah, serta aula luas semakin menegaskan kesan prestisius dan monumental. Selain itu, penggunaan material berkualitas tinggi seperti marmer, granit, dan ornamen perunggu atau emas memperkuat tampilan mewah serta daya tahan bangunan. Arsitektur Beaux-Arts sering digunakan untuk bangunan publik seperti museum, gedung pemerintahan, dan stasiun kereta, yang tidak hanya berfungsi sebagai ruang aktivitas, tetapi juga sebagai simbol kemegahan dan kejayaan arsitektur klasik.
d. Penggunaan Relief Dan Patung
Arsitektur Beaux-Arts sering menampilkan relief dan patung sebagai elemen dekoratif utama, yang memperkaya estetika bangunan sekaligus memperkuat kesan monumental. Figur-figur yang digunakan dalam relief dan patung biasanya berasal dari mitologi klasik, seperti dewa-dewi Yunani dan Romawi, serta tokoh sejarah yang merepresentasikan kekuasaan, kebijaksanaan, atau kejayaan budaya. Elemen ini sering ditempatkan pada fasad, tympanum, cornice, atau di sekitar pintu masuk utama untuk memberikan daya tarik visual yang kuat. Selain itu, patung berbentuk gargoyle atau figur alegoris juga sering ditemukan sebagai bagian dari ornamen eksterior maupun interior. Penggunaan relief dan patung dalam arsitektur Beaux-Arts tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga sebagai simbol status dan kemewahan, mencerminkan keterkaitan erat dengan seni klasik dan prinsip estetika akademik yang berkembang di École des Beaux-Arts.
e. Jendela Besar Dan Berornamen
Arsitektur Beaux-Arts dikenal dengan penggunaan jendela besar yang tidak hanya berfungsi sebagai sumber pencahayaan alami, tetapi juga sebagai elemen estetika yang memperkaya fasad bangunan. Jendela dalam gaya ini sering berbentuk lengkung atau persegi panjang dengan proporsi yang megah dan harmonis, sesuai dengan prinsip simetri dan keseimbangan. Detail dekoratif seperti balustrade, cornice, serta ukiran pada kusen atau bingkai jendela semakin menambah kesan elegan dan klasik. Pada beberapa bangunan, jendela besar ini juga dilengkapi dengan kaca patri atau ornamen besi tempa untuk memberikan tampilan yang lebih artistik dan mewah. Desain yang detail dan dekoratif, menyebabkan jendela dalam arsitektur Beaux-Arts tidak hanya menjadi elemen fungsional, tetapi juga bagian dari komposisi fasad yang memperkuat karakter monumental dan prestisius bangunan.
f. Interior Mewah Dan Berkelas
Interior dalam Arsitektur Beaux-Arts dirancang dengan penuh kemewahan dan keanggunan, mencerminkan kesan berkelas yang khas dari gaya ini. Langit-langit tinggi menjadi elemen utama yang menciptakan rasa luas dan megah dalam ruang, sering kali dihiasi dengan detail gipsum yang rumit, seperti cetakan dekoratif, ukiran floral, serta elemen klasik seperti cornice dan coffered ceiling. Selain itu, mural yang menggambarkan adegan mitologi, sejarah, atau alegori sering diterapkan pada langit-langit atau dinding, menambah nilai artistik sekaligus memperkaya atmosfer ruang. Interior Beaux-Arts juga menggunakan material mewah seperti marmer, kayu berkualitas tinggi, serta ornamen perunggu atau emas, yang semakin memperkuat kesan prestisius.
4. Gagasan Dan Ide Desain Arsitektur Beaux-Arts
Arsitektur Beaux-Arts tidak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga pada fungsi ruang dan bagaimana bangunan dapat memberikan pengalaman monumental bagi penggunanya. Ide desain yang mendasari gaya ini mencakup:
a. Harmoni Antara Fungsi Dan Dekorasi
Arsitektur Beaux-Arts menekankan harmoni antara fungsi dan dekorasi, di mana elemen dekoratif tidak hanya berperan sebagai hiasan, tetapi juga memiliki fungsi struktural dan memperkuat komposisi bangunan. Kolom dan pilaster, misalnya, tidak hanya memberikan estetika klasik, tetapi juga berkontribusi pada kestabilan struktur. Begitu pula dengan cornice dan molding yang berfungsi sebagai penghubung antar elemen bangunan sekaligus memperkaya tampilan fasad dan interior. Selain itu, relief dan patung sering ditempatkan pada bagian struktural seperti tympanum atau pilar, menciptakan keseimbangan antara daya tarik visual dan kekuatan konstruksi.
b. Keteraturan Dan Simetri
Arsitektur Beaux-Arts sangat menekankan keteraturan dan simetri sebagai ide utama dalam perancangan bangunan, menciptakan kesan ketertiban yang elegan dan harmonis. Setiap elemen dalam desain, mulai dari fasad hingga tata letak interior, disusun dengan proporsi yang seimbang dan simetris, sehingga mencerminkan keteraturan yang khas dari arsitektur klasik. Sumbu utama digunakan untuk mengatur komposisi ruang, dengan elemen-elemen seperti pintu, jendela, kolom, dan ornamen ditempatkan secara teratur untuk memperkuat kesan keseimbangan visual. Tidak hanya pada eksterior, simetri juga diterapkan dalam interior, di mana ruangan utama ditempatkan secara strategis untuk menegaskan hierarki ruang. Arsitektur Beaux-Arts kemudian dapat menghadirkan keindahan yang terstruktur dan monumental, menciptakan bangunan yang tidak hanya megah tetapi juga terasa harmonis dan tertata dengan baik.
c. Integrasi Seni Dan Arsitektur
Arsitektur Beaux-Arts mengutamakan ide pengintegrasian seni dan arsitektur, di mana elemen-elemen artistik seperti patung, relief, dan lukisan menjadi bagian tak terpisahkan dari desain bangunan. Setiap detail dekoratif dirancang dengan cermat untuk memperkaya estetika tanpa mengabaikan fungsi strukturalnya. Patung figuratif dan relief yang menggambarkan mitologi, sejarah, atau alegori sering ditempatkan pada fasad, tympanum, serta interior untuk memberikan narasi visual yang kuat. Selain itu, mural dan fresko menghiasi langit-langit serta dinding, menciptakan pengalaman ruang yang lebih dramatis dan berkelas.
d. Urbanisme Monumental
Arsitektur Beaux-Arts tidak hanya diterapkan pada bangunan individu, tetapi juga berperan penting dalam perencanaan kota melalui konsep urbanisme monumental. Gaya ini menciptakan tata kota yang terstruktur dengan poros jalan utama yang mengarah langsung ke bangunan-bangunan ikonik, seperti gedung pemerintahan, museum, atau istana. Jalan-jalan luas dengan simetri yang sempurna dirancang untuk menuntun pandangan menuju bangunan utama, memberikan kesan megah dan terorganisir. Ruang publik seperti alun-alun, taman kota, dan plaza juga menjadi bagian integral dari perencanaan ini, sering dihiasi dengan patung, air mancur, dan elemen dekoratif lainnya yang memperkaya pengalaman visual. Beaux-Arts selain dapat membentuk arsitektur individual yang monumental, juga dapat menciptakan lanskap perkotaan yang harmonis, fungsional, dan estetis, memperkuat identitas kota serta memberikan kesan kebesaran dan kemewahan.
5. Tokoh-Tokoh Arsitektur Beaux-Arts
a. Richard Morris Hunt (1827–1895)

Gambar Richard Morris Hunt - Tokoh Arsitektur Beaux-Arts.
Richard Morris Hunt adalah seorang arsitek Amerika yang dikenal sebagai pelopor utama gaya arsitektur Beaux-Arts di Amerika Serikat. Ia merupakan lulusan École des Beaux-Arts di Paris dan menjadi arsitek Amerika pertama yang mendapatkan pendidikan formal di institusi tersebut. Hunt memainkan peran penting dalam memperkenalkan prinsip-prinsip Beaux-Arts, seperti simetri, monumentalitas, dan dekorasi klasik, ke dalam arsitektur Amerika. Ia terkenal karena merancang bangunan megah seperti The Breakers di Newport, rumah mewah keluarga Vanderbilt, serta Metropolitan Museum of Art di New York. Selain itu, ia juga berkontribusi dalam perencanaan urban dengan desain fasad gedung-gedung ikonik yang memperkuat estetika kota. Pendekatan Hunt yang menggabungkan keanggunan Eropa dan kebutuhan fungsional Amerika, menjadikannya sebagai figur kunci dalam perkembangan arsitektur Beaux-Arts di Amerika pada akhir abad ke-19.
Karya terkenal :
The Breakers Mansion, Newport, Rhode Island, adalah sebuah mansion megah bergaya Beaux-Arts yang dirancang oleh Richard Morris Hunt pada tahun 1893 untuk keluarga Vanderbilt. Bangunan ini mencerminkan kemewahan arsitektur Eropa dengan fasad simetris, kolom klasik, serta interior yang dihiasi dengan marmer Italia, emas, dan fresko yang menggambarkan kejayaan era Gilded Age.

Gambar The Breakers Mansion - Richard Morris Hunt - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
Metropolitan Museum of Art, New York, dirancang oleh Richard Morris Hunt pada tahun 1895, merupakan contoh arsitektur Beaux-Arts yang monumental dan megah. Desainnya menampilkan elemen klasik seperti kolom Corinthian, lengkungan besar, dan dekorasi simetris yang mencerminkan keagungan serta ketertiban arsitektur Eropa, menjadikan museum ini salah satu ikon budaya paling bergengsi di Amerika Serikat.

Gambar Metropolitan Museum of Art - Richard Morris Hunt - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
b. Charles Follen McKim (1847–1909)

Gambar Charles Follen McKim - Tokoh Arsitektur Beaux-Arts.
Charles Follen McKim adalah seorang arsitek Amerika yang menjadi salah satu pendiri firma arsitektur ternama McKim, Mead & White, yang berperan besar dalam menyebarluaskan gaya Beaux-Arts di Amerika Serikat. Ia belajar di École des Beaux-Arts di Paris, yang mempengaruhi pendekatannya dalam merancang bangunan dengan proporsi klasik, simetri, serta dekorasi yang elegan. McKim terkenal karena karya-karyanya yang monumental, seperti Boston Public Library, Pennsylvania Station di New York (yang kini telah dihancurkan), dan renovasi White House pada awal abad ke-20. Arsitekturnya mencerminkan harmoni antara keindahan dan fungsi, dengan fasad yang teratur, penggunaan kolom klasik, serta ruang-ruang yang luas dan megah. Sebagai salah satu arsitek paling berpengaruh pada masanya, McKim berkontribusi dalam membentuk wajah arsitektur Amerika yang elegan, monumental, dan berakar pada prinsip-prinsip akademik Beaux-Arts.
Karya terkenal :
Boston Public Library, Boston, dirancang oleh Charles Follen McKim pada tahun 1895, adalah contoh arsitektur Beaux-Arts yang menggabungkan keanggunan klasik dengan fungsi publik yang monumental. Bangunan ini memiliki fasad simetris dengan lengkungan besar, kolom Corinthian, dan ukiran marmer yang megah, sementara interiornya dihiasi dengan mural karya seniman terkenal serta ruang baca yang luas dan megah, mencerminkan filosofi Beaux-Arts dalam menciptakan ruang yang harmonis dan inspiratif.

Gambar Boston Public Library - Charles Follen McKim - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
Pennsylvania Station (Old Penn Station), New York, dirancang oleh Charles Follen McKim dan selesai pada tahun 1910, adalah salah satu karya arsitektur Beaux-Arts paling monumental di Amerika. Terinspirasi oleh arsitektur Romawi klasik, stasiun ini menampilkan fasad megah dengan kolom Doric yang menjulang, aula utama yang luas dengan langit-langit kaca berkubah, serta interior marmer yang menciptakan suasana monumental dan elegan, sebelum akhirnya dihancurkan pada tahun 1963.

Gambar Pennsylvania Station (Old Penn Station) - Charles Follen McKim - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
c. Daniel Burnham (1846–1912)

Gambar Daniel Burnham - Tokoh Arsitektur Beaux-Arts.
Daniel Burnham adalah seorang arsitek dan perencana kota Amerika yang memainkan peran penting dalam menyebarluaskan gaya arsitektur Beaux-Arts di Amerika Serikat, terutama melalui proyek-proyek urbanisme monumental. Ia dikenal sebagai pemimpin utama dalam World’s Columbian Exposition tahun 1893 di Chicago, di mana ia merancang konsep pemikiran "White City" yang menampilkan bangunan-bangunan simetris, megah, dan berornamen klasik khas Beaux-Arts. Selain itu, Burnham juga merancang beberapa gedung ikonik seperti Union Station di Washington, D.C., dan Flatiron Building di New York. Ia berkontribusi besar dalam perencanaan kota dengan prinsip keteraturan, simetri, dan poros jalan yang monumental, sebagaimana terlihat dalam Plan of Chicago tahun 1909 yang menjadi acuan utama dalam pengembangan kota modern. Pendekatan Burnham yang menggabungkan arsitektur klasik dengan perencanaan kota berskala besar, menjadikannya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perkembangan arsitektur dan urbanisme Beaux-Arts di Amerika.
Karya terkenal :
Union Station, Washington D.C., dirancang oleh Daniel Burnham dan selesai pada tahun 1907, adalah salah satu contoh arsitektur Beaux-Arts paling monumental di Amerika Serikat. Bangunan ini menampilkan fasad megah dengan lengkungan besar, kolom Doric yang kokoh, serta interior luas dengan langit-langit berkubah yang dihiasi detail klasik, menciptakan kesan kemewahan sekaligus fungsionalitas sebagai pusat transportasi utama.

Gambar Union Station - Daniel Burnham - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
Chicago World’s Columbian Exposition, dirancang dan dipimpin oleh Daniel Burnham pada tahun 1893, merupakan pameran dunia yang menampilkan konsep arsitektur Beaux-Arts dalam skala kota. Dijuluki White City, pameran ini terdiri dari bangunan-bangunan simetris dengan fasad neoklasik yang megah, jalan-jalan luas, serta lanskap yang tertata rapi, menciptakan standar baru dalam perencanaan kota dan menginspirasi gerakan City Beautiful di Amerika Serikat.

Gambar Chicago World’s Columbian Exposition - Daniel Burnham - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
d. Henri Labrouste (1801–1875)

Gambar Henri Labrouste - Tokoh Arsitektur Beaux-Arts.
Henri Labrouste adalah seorang arsitek Prancis yang dikenal sebagai salah satu pelopor arsitektur Beaux-Arts, dengan pendekatan inovatif yang menggabungkan elemen klasik dengan teknologi modern. Sebagai lulusan École des Beaux-Arts, Labrouste membawa pengaruh besar dalam penggunaan struktur besi dalam arsitektur, yang terlihat dalam karya-karyanya seperti Bibliothèque Sainte-Geneviève dan Bibliothèque Nationale de France di Paris. Ia memperkenalkan konsep ruang yang terang dan luas dengan pemanfaatan struktur logam yang elegan, tanpa mengabaikan prinsip simetri dan proporsi klasik yang menjadi ciri khas Beaux-Arts. Gagasannya menekankan bahwa teknologi baru, seperti besi dan kaca, dapat diintegrasikan ke dalam desain arsitektur monumental, menciptakan bangunan yang tidak hanya estetis tetapi juga inovatif dalam konstruksi. Labrouste menjadi salah satu tokoh kunci yang menjembatani arsitektur klasik dengan era industri, memberikan pengaruh besar bagi perkembangan arsitektur modern.
Karya terkenal :
Bibliothèque Sainte-Geneviève, Paris, dirancang oleh Henri Labrouste dan selesai pada tahun 1850, adalah contoh arsitektur Beaux-Arts yang inovatif dengan penggunaan struktur besi yang elegan. Bangunan ini memiliki fasad klasik dengan ukiran nama-nama cendekiawan terkenal, sementara interiornya menampilkan aula baca luas dengan lengkungan besi yang ringan dan jendela besar, menciptakan ruang yang terang dan terbuka, mencerminkan perpaduan antara estetika klasik dan teknologi modern.

Gambar Bibliothèque Sainte-Geneviève - Henri Labrouste - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
Bibliothèque Nationale de France, Paris, direnovasi oleh Henri Labrouste pada tahun 1860-an, adalah mahakarya arsitektur Beaux-Arts yang menggabungkan keanggunan klasik dengan inovasi struktural. Ruang bacanya yang ikonik menampilkan deretan kubah ringan yang ditopang oleh pilar besi ramping, menciptakan atmosfer yang luas, terang, dan modern, sekaligus menunjukkan bagaimana teknologi baru dapat menyatu dengan desain arsitektur monumental.

Gambar Bibliothèque Nationale de France - Henri Labrouste - Contoh Arsitektur Beaux-Arts.
Kesimpulan
Arsitektur Beaux-Arts merupakan gaya yang berkembang dari pengaruh klasik tetapi dengan sentuhan artistik dan monumental. Dengan ciri khas simetri, skala besar, dan dekorasi yang kaya, gaya ini memberikan dampak visual yang kuat pada bangunan publik, museum, dan stasiun kereta api. Meski memiliki kemiripan dengan gaya Neoklasik dan Barok, Beaux-Arts lebih menonjolkan keseimbangan antara seni dan arsitektur dalam skala monumental.
Referensi
Dodd, Phillip James, (2021). An American Renaissance: Beaux-Arts Architecture in New York City. Images Publishing
Drexler, Arthur, Neil Levine, (1977). The Architecture of the Ecole Des Beaux-Arts. Museum of Modern Art
Egbert, Donald Drew, David Van Zanten, (1980). The Beaux-Arts Tradition in French Architecture. Princeton University Press
Middleton, Robin, (1982). The Beaux-Arts and Nineteenth-Century French Architecture. MIT Press
Posting Komentar