Perubahan adalah kebutuhan jaman, jadi sudah waktunya kita mulai menggunakan teknologi yang berkelanjutan, mengingat dampak dari ulah manusia pada sistem ekologi (deteriorasi lingkungan) semakin terlihat jelas. Kesadaran tentang hubungan erat antara ekologi, kesehatan manusia, ekonomi, dan keadilan sosial kini kian meningkat.
Bumi pertiwi tidak dapat terus menerus menanggung kerusakan yang dilakukan manusia demi keuntungan sesaat tanpa memikirkan masa depan generasi mendatang. Karena itu, kita harus beralih ke teknologi dan ilmu pengetahuan yang lebih peduli terhadap keberlanjutan bumi dan kehidupan kita di masa depan. Tantangan ini memang tidak mudah. Dibutuhkan penelitian yang mendalam, penyebaran informasi yang cepat kepada pembuat kebijakan, dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat untuk mengatasi tantangan ini. Meskipun demikian, bidang teknik Arsitektur telah melahirkan banyak ide-ide untuk menjawab tantangan ini, khususnya dalam industri konstruksi, yang kini diterima secara luas. Salah satu ide tersebut adalah Konsep Arsitektur Hijau.
Arsitektur Hijau mengintegrasikan lansekap dan desain bangunan untuk menciptakan lingkungan kota yang menyenangkan. Ketika kota-kota menjadi lebih nyaman dihuni, maka tingkat keberlanjutannya pun meningkat. Arsitektur Hijau adalah sistem yang menghubungkan dan saling tergantung antara lingkungan buatan manusia dengan alam. Tujuan utamanya adalah mencapai keseimbangan di tiga pilar keberlanjutan: lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Oleh karena itu, Bangunan Hijau (Green Building) adalah bangunan yang dirancang dan dioperasikan untuk menciptakan lingkungan yang sehat sekaligus memanfaatkan tanah, air, energi, dan sumber daya secara efisien dan seminimal mungkin merusaknya. Solusi desain yang paling optimal adalah solusi yang dapat meniru secara efektif semua sistem dan kondisi alami lokasi sebelum pembangunan dilakukan.
Pentingnya Arsitektur Hijau
Manfaat Lingkungan
Mengurangi dampak dari penggunaan sumber daya alam yang berlebihan.
Manfaat Ekonomi
- Pendekatan desain yang terintegrasi memungkinkan efisiensi biaya dengan memanfaatkan sinergi antara berbagai disiplin ilmu dan teknologi.
- Dapat menghemat biaya operasional secara signifikan melalui penurunan pada pengeluaran untuk kebutuhan utilitas.
Manfaat Kesehatan dan Keselamatan
Memberikan peningkatan pada kenyamanan dan kesehatan bagi penghuni bangunan.
Manfaat Komunitas
Membantu mengurangi tekanan pada infrastruktur lokal serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Jadi di sinilah letak pentingnya arsitektur hijau. Dengan menerapkan konsep ini, berbagai masalah lingkungan, ekonomi, kesehatan, dan sosial dapat diatasi secara lebih efisien.
Menetapkan Tujuan dan Sasaran Arsitektur Hijau
Setelah memutuskan untuk membangun dengan konsep arsitektur hijau, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menetapkan tujuan lingkungan yang jelas untuk proyek tersebut. Biasanya ini dilakukan dalam sesi perencanaan tujuan.
Pada sesi ini, tujuan spesifik dan terukur, seperti efisiensi energi, konservasi air, pengelolaan air hujan, pengelolaan material, serta pengurangan limbah konstruksi, harus ditetapkan. Setiap anggota tim desain diberi tanggung jawab untuk memastikan tujuan ini tercapai.
Selanjutnya sasaran adalah langkah-langkah guna mencapai tujuan, maka tim desain menyusun tahapan-tahapan perancangan arsitektur sehingga tujuan proyek dapat direalisasikan berdasarkan kriteria dan spesifikasinya.
Desain Arsitektur Hijau Untuk Bangunan Gedung Hijau (BGH)
Dalam membangun bangunan hijau tidak hanya sebatas memilih material atau teknologi terbaru. Ini adalah proses yang membutuhkan pengoptimalan pada setiap elemen desain, sekaligus mengevaluasi kembali hubungan antara elemen-elemen tersebut dalam konteks bangunan secara keseluruhan.
Sebagai contoh adalah hubungan antara lokasi bangunan, fitur tapak, orientasi matahari, dan elemen seperti jendela serta perlengkapan peneduh eksternal yang sangat mempengaruhi pencahayaan alami dan efisiensi energi bangunan.
Tanpa mempertimbangkan aspek-aspek tersebut di awal proses desain, hasil akhirnya adalah bangunan yang tidak efisien. Pendekatan desain yang terintegrasi harus diterapkan pada semua aspek bangunan, mulai dari perencanaan lokasi, pengelolaan air hujan, hingga ventilasi alami. Semua profesional yang terlibat dalam desain harus bekerja sama menuju tujuan yang sama sejak hari pertama.
Lima Elemen Bangunan Hijau
- Desain Tapak Berkelanjutan
- Konservasi dan Kualitas Air
- Energi dan Lingkungan
- Kualitas Lingkungan Dalam Ruangan
- Konservasi Material dan Sumber Daya
Desain Tapak Berkelanjutan
- Menerapkan prinsip desain ekologis
- Menghindari penyebaran perkotaan yang tidak terkontrol serta kerusakan terhadap lahan, habitat, dan ruang hijau yang berharga akibat pembangunan dengan kepadatan rendah yang tidak efisien.
- Mendorong pembangunan dengan kepadatan tinggi, pembangunan ulang di area perkotaan, dan revitalisasi kawasan sebagai cara untuk melestarikan ruang hijau.
- Melindungi aset lingkungan yang penting dengan memeriksa setiap lokasi secara menyeluruh.
- Menerapkan proses desain dan konstruksi yang meminimalkan gangguan pada lokasi, serta memprioritaskan pemulihan habitat, ruang hijau, dan ekosistem yang penting bagi keberlangsungan kehidupan.
- Memaksimalkan pemanfaatan ruang pada bangunan yang sudah ada, renovasi, atau tapak kosong, serta pertimbangkan pembangunan kembali lahan yang terkontaminasi.
- Merancang bangunan dan renovasi dengan fleksibilitas untuk penggunaan masa depan sehingga dapat memperpanjang masa pakainya.
- Menghindari pembangunan pada lokasi yang berperan penting dalam ekosistem lokal atau regional. Melakukan pengidentifikasian dan melindungi ruang hijau serta lahan basah yang berharga.
- Menerapkan pembangunan dengan kepadatan tinggi di kawasan perkotaan membantu mengurangi penyebaran perkotaan dan melestarikan ruang hijau.
- Memeriksa lokasi untuk mengoptimalkan penempatan bangunan berdasarkan orientasi matahari, pencahayaan alami, dan ventilasi alami.
- Memaksimalkan penggunaan transportasi umum yang ada serta sediakan fasilitas untuk pejalan kaki dan pesepeda, termasuk tempat parkir sepeda yang aman.
- Mereduksi efek pulau panas perkotaan dengan meminimalkan jejak bangunan, menggunakan material permukaan berpori, serta menambahkan pohon atau elemen lanskap untuk menciptakan bayangan alami.
- Mengurangi area kedap air dengan desain yang cermat untuk jalan dan parkir, serta evaluasi peraturan lokal yang dapat menyebabkan desain yang berlebihan.
- Mengelola air hujan di lokasi untuk mendukung retensi air dan pengisian ulang air tanah. Minimalkan pemadatan tanah selama konstruksi dan pastikan pengendalian lumpur serta sedimen yang efektif.
- Menerapkan desain lansekap yang melestarikan habitat lokal dan menggunakan tanaman asli yang tahan kekeringan serta tidak membutuhkan irigasi tambahan.
Kualitas Dan Konservasi Air
- Merancang bangunan dan tapak agar dapat meniru siklus air alami sebelum pengembangan terjadi.
- Retensi air hujan di lokasi dan pengisian ulang air tanah harus menjadi prioritas utama.
- Mengurangi penggunaan air minum untuk keperluan yang tidak perlu dan maksimalkan daur ulang air, seperti air hujan, air limbah, dan air abu-abu.
- Rancang bangun yang dapat menghormati aliran alami dan fitur lahan yang ada, sehingga menghindari penggalian besar-besaran yang merusak dan memakan waktu.
- Menempatkan bangunan secara strategis untuk melindungi area penting yang berfungsi sebagai retensi air alami.
- Mengurangi jejak bangunan dan gangguan tanah, serta mempertahankan vegetasi alami yang dapat menyerap dan menyebarkan air hujan hingga 30% melalui proses evapotranspirasi.
- Menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti taman hujan, atap hijau, paving berpori, dan lahan basah buatan untuk mendukung pengelolaan air hujan.
- Membuat sistem daur ulang air di lokasi untuk memanfaatkan air hujan, air limbah, dan air abu-abu untuk irigasi, toilet, dan kebutuhan lainnya.
- Menggunakan tanaman asli yang tidak membutuhkan irigasi, pupuk, atau pestisida tambahan untuk menghemat air dan melindungi kualitas tanah.
Energi Dan Lingkungan
- Berupaya mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, seperti udara, air, tanah, dan sumber daya alam, dengan mengoptimalkan desain tapak bangunan, desain bangunan itu sendiri, pemilihan material, dan penerapan langkah-langkah konservasi energi secara agresif.
- Dengan cara memastikan penilaian kinerja bangunan dapat memenuhi standar dari EDGE dan Bangunan Gedung Hijau PUPR RI sebesar 20 hingga 40% atau lebih.
- Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dan sumber energi berdampak rendah lainnya.
- Menerapkan prinsip desain bioklimatik dan strategi desain pasif
- Merancang orientasi bangunan untuk memaksimalkan keuntungan dari energi matahari pasif, mengurangi radiasi panas iklim tropis.
- Mengoptimalisasi desain bangunan, termasuk bentuk, massa, warna, dan penyelesaian interior, untuk memaksimalkan pencahayaan alami yang terkontrol. Hal ini akan mengurangi kebutuhan pencahayaan buatan, mengurangi beban pendinginan, dan meningkatkan efisiensi energi.
- Menggunakan kaca low-e berkinerja tinggi yang menawarkan manfaat besar dalam penghematan energi sepanjang tahun. Pemilihan jenis kaca seperti kaca ganda atau tiga lapis, yang memiliki lapisan pelindung untuk mengurangi panas berlebih dan kehilangan energi.
- Menggunakan lampu hemat energi seperti bohlam T-8 dan T-5 serta ballast elektronik efisiensi tinggi. Kombinasikan dengan sensor otomatis untuk mematikan pencahayaan saat tidak diperlukan.
- Menggunakan sistem HVAC (pemanas, ventilasi, dan pendingin udara) berteknologi tinggi yang hemat energi.
- Menghindari penggunaan bahan pendingin berbasis HCFC dan Halon. Sebagai gantinya, menggunakan ventilasi alami dan teknologi pendinginan evaporatif jika memungkinkan.
- Mempertimbangkan sumber energi terbarukan skala kecil, seperti energi angin atau matahari, untuk mendukung kebutuhan bangunan.
Kualitas Lingkungan Dalam Ruangan
- Rancang bangun lingkungan dalam ruangan yang nyaman, sehat, dan produktif bagi penghuni dan pengunjung.
- Memastikan desain bangunan mendukung kualitas udara yang baik, ventilasi yang efektif, pencahayaan alami, kenyamanan termal, serta akustik yang sesuai.
- Menggunakan material bebas bahan kimia berbahaya yang tidak melepaskan gas atau partikel yang mencemari udara.
- Memaksimalkan pencahayaan alami dengan desain bangunan yang memungkinkan sinar matahari masuk ke area interior tanpa menyebabkan panas berlebih.
- Menyediakan ventilasi alami dengan jendela yang dapat dibuka serta sistem ventilasi independen yang bekerja secara efektif untuk menghilangkan kontaminasi udara dalam ruangan.
- Memantau kondisi udara dalam ruangan, termasuk suhu, kelembaban, dan kadar karbon dioksida, untuk menjaga kenyamanan penghuni.
- Menerapkan kebijakan bebas asap rokok di seluruh bangunan. Jika perlu, sediakan area merokok terpisah yang terisolasi secara fisik dengan sistem ventilasi sendiri.
- Memberikan kontrol individu bagi penghuni untuk mengatur pencahayaan, suhu, dan ventilasi di ruang mereka masing-masing, guna meningkatkan kenyamanan dan produktivitas.
Material Dan Sumber Daya
- Mengurangi penggunaan material yang tidak dapat diperbarui dan sumber daya lainnya seperti air dan energi melalui desain yang efisien serta pengelolaan limbah yang baik.
- Memaksimalkan penggunaan material daur ulang dan material berbasis bio yang dikelola secara berkelanjutan.
- Memprioritaskan solusi kreatif yang memanfaatkan tenaga kerja manusia sebagai salah satu sumber daya terbarukan yang paling berharga.
- Menggunakan material rekayasa seperti panel terisolasi struktural dan komposit beton-baja untuk mengurangi konsumsi material tanpa mengorbankan kekuatan dan daya tahan.
- Menerapkan rencana pengelolaan limbah konstruksi yang memastikan sebagian besar material konstruksi dapat didaur ulang atau digunakan kembali.
- Memilih material dengan kandungan daur ulang tinggi, seperti baja struktural, ubin, karpet, atau gypsum daur ulang, untuk mengurangi jejak karbon proyek.
- Memanfaatkan material berbasis bio seperti agriboard atau panel yang terbuat dari limbah pertanian.
- Memprioritaskan penggunaan kayu dari hutan bersertifikasi yang dikelola secara berkelanjutan.
- Mengevaluasi produk dan sistem yang digunakan untuk memastikan material dapat didaur ulang dengan mudah di akhir masa pakainya.
- Menggunakan material lokal untuk mendukung ekonomi regional dan mengurangi emisi transportasi.
Bagaimana Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau
- Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development - ASD): Penilaian lokasi dan perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan.
- Efisiensi Dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation - EEC): Penekanan pada efisiensi energi dan teknologi hemat energi.
- Konservasi Air (Water Conservation - WAC): Pengelolaan air yang efisien, termasuk air limbah.
- Sumber Dan Siklus Material (Material Resources and Cycle - MRC): Pemilihan material ramah lingkungan serta pengelolaan siklus hidup material.
- Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruang (Indoor Health and Comfort - IHC): Menjamin kualitas udara, pencahayaan, dan akustik yang baik.
- Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management - BEM): Mengelola bangunan secara berkelanjutan setelah konstruksi selesai.
- Platinum: Minimal 73% poin dari total.
- Gold: Minimal 57% poin dari total.
- Silver: Minimal 46% poin dari total.
- Bronze: Minimal 35% poin dari total.
- Efisiensi Energi (Energy Efficiency): Mengurangi konsumsi energi melalui desain dan teknologi bangunan.
- Efisiensi Air (Water Efficiency): Mengoptimalkan penggunaan air untuk kegiatan domestik dan operasional.
- Efisiensi Material (Material Efficiency): Pemilihan material yang mengurangi dampak lingkungan serta limbah konstruksi.
- 20% dalam konsumsi energi dibandingkan baseline.
- 20% dalam konsumsi air.
- 20% dalam energi yang terkandung dalam material konstruksi.
Kesimpulan
Referensi
Harysakti, A. (2014). Keberlanjutan Arsitektur Huma Gantung Buntoi di Kalimantan Tengah. [Universitas Brawijaya]. http://repository.ub.ac.id/id/eprint/160283
Harysakti, A. (2015). Strategi Perancangan Arsitektur Berkelanjutan : Pendekatan Biomimesis. Jurnal Perspektif Arsitektur UPR, 10(2), 80–87. https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JTA/article/view/916
Harysakti, A., & Ngini, G. (2021). Strategi Perancangan Arsitektur Berkelanjutan : Pendekatan Biofilik. Jurnal Ilmiah Perspektif Arsitektur UPR, 16(2), 54–61. https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JTA/article/view/8436
Jadhav, N. Y. (2016). Green and Smart Buildings: Advanced Technology Options. Springer, Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-10-1002-6
Kibert, C. J. (2022). Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery (5th Edition). Wiley, Hoboken
Larasati, D. (2018). Arsitektur Hijau. ITB Press
Lawrence, T., Darwich, A. K., & Means, J. K. (2018). ASHRAE GreenGuide: Design, Construction, and Operation of Sustainable Buildings (5th Edition). Stephen Comstock, Atlanta
MartÃnez, G., Pacheco, R., & Ordó, J. (2012). Energy efficient design of building : A review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 16, 3559–3573. https://doi.org/10.1016/j.rser.2012.03.045
Mohammed, A. B. (2021). Sustainable design strategy optimizing green architecture path based on sustainability. HBRC Journal, 17(1), 461–490. https://doi.org/10.1080/16874048.2021.1990572
PUPR RI. (2015). Permen PUPR RI No 2 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung Hijau
Ragheb, A., El-shimy, H., & Ragheb, G. (2016). Green Architecture : A Concept of Sustainablity. Social and Behavioral Sciences Procedia, 216(October 2015), 778–787. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.12.075
Sangkertadi, Wuisang, C., & Syafriny, R. (2017). Arsitektur Hijau : Prinsip dan Pedoman Umum. CV. Patra Media Grafindo
Santamouris, M., & Asimakopoulos, D. (2013). Passive Cooling of Buildings. Earthscan, New York
Schröpfer, T., & Menz, S. (2019). Dense and Green Building Typologies. Springer, Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-13-3035-3
Spiegel, R., & Meadows, D. (2012). Green Building Materials : A Guide to Product Selection and Specification. John Wiley & Sons, New Jersey.
Team EGDE. (2023). EDGE is a green building certification system focused on making buildings more resource-efficient. https://edge.gbci.org/?language=en
Vale, B., & Vale, R. (2004). Principles of Green Architecture. In S. M. Wheeler & T. Beatley (Eds.), The Sustainable Urban Development Reader (pp. 188–192). Routledge, London. https://doi.org/10.4324/9780203501627
Wang, C., Zheng, F., & Dai, G. (2017). Analysis of Integrated Design in Green Ecological Architecture. International Civil Engineering, Architecture and Machinery, 5, 20–24. https://doi.org/10.25236/iceamc.2017.05
WEF (World Economic Forum). (2021). Green Building Principles : The Action Plan for Net-Zero Carbon Buildings. WEF Insight Report, October, 17. https://www3.weforum.org/docs/WEF_Green_Building_Principles_2021.pdf
Wines, J., & Jodidio, P. (2000). Green Architecture - The Art of Architecture in the Age of Ecology. Benedict Taschen Verlag GmbH, Milan.
Yeang, K. (1995). Designing With Nature: The Ecological Basis for Architectural Design. McGraw-Hill, New York
Yüksek, İ., & Karadağ, İ. (2021). Use of Renewable Energy in Buildings. In T. Taner, A. Tiwari, & T. S. Ustun (Eds.), Renewable Energy (p. Ch. 2). IntechOpen. https://doi.org/10.5772/intechopen.93571
Posting Komentar