Esensi dan fungsionalitas Bangunan Gedung Hijau dalam konteks proses globalisasi dalam skala global yang mana proses-proses ini terkait dengan pemulihan hubungan pasar, kebangkitan kepemilikan pribadi, dan, sebagai konsekuensinya, pertumbuhan migrasi internal dan eksternal di setiap negara dan, secara lebih luas, di komunitas global. Hal ini, pada gilirannya, menyiratkan pengenalan arsitektur hijau sebagai faktor keselamatan lingkungan di negara-negara maju, pasca-industri, dan berkembang [1, 2].
Artikel ini mengungkap sifat sosial arsitektur hijau sebagai dasar untuk konstruksi hijau. Upaya ini melibatkan analisis proses urbanisasi, yang terkait dengan meningkatnya peran kota dalam pembangunan masyarakat, seiring dengan meningkatnya migrasi internal dari daerah pedesaan ke kota-kota besar di berbagai negara. Selain itu, dapat diketahui prospek konstruksi hijau dalam konteks memastikan keseimbangan ekologi alam dan kesejahteraan sosial penduduk perkotaan. Akibatnya, muncul permintaan masyarakat untuk desain dan implementasi model bangunan hijau, yang dianggap sebagai konstruksi ekologis itu sendiri (atau bangunan ramah lingkungan, pembangunan ramah lingkungan). Model ini mewakili jenis arsitektur dan konstruksi yang sekaligus memaksimalkan keamanan ekologis bagi alam dan penduduk perkotaan di negara ini.
Masalah penyediaan bangunan hijau secara dialektis terhubung dengan proses urbanisasi dalam kondisi meningkatnya industrialisasi di dunia modern. Hal ini, pada gilirannya, telah menyebabkan munculnya krisis lingkungan dalam sistem alam dan sosial kota-kota besar di seluruh dunia. Krisis ini terwujud dalam fenomena negatif berskala global seperti penipisan sumber daya, pencemaran lingkungan, dan pemanasan iklim.
Proses urbanisasi sendiri berkaitan dengan industrialisasi ekonomi, karena merupakan prasyarat terciptanya sarana produksi teknis yang maju dalam industri-industri besar. Pergeseran ini menekankan peran krusial konstruksi perkotaan dalam memastikan perencanaan dan arsitektur perkotaan yang mengutamakan pertimbangan ekologis. Urbanisasi didorong oleh faktor-faktor seperti industrialisasi proses produksi di wilayah perkotaan besar, migrasi internal kaum muda dari pedesaan ke perkotaan, dan pendalaman pembagian kerja teritorial. Wilayah perkotaan mencakup wilayah lahan administratif atau privat di dalam kota dan permukiman tipe perkotaan [3, 4]
Konsep dan Karakteristik Bangunan Gedung Hijau
Konsep Bangunan Gedung Hijau telah berkembang sebagai respons terhadap berbagai masalah lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat. Meskipun sejarah penuh dengan contoh prinsip bangunan berkelanjutan dan praktis yang ramah lingkungan, gerakan bangunan hijau modern seperti yang kita kenal saat ini mulai terbentuk pada paruh kedua abad ke-20. Saat ini, bangunan hijau terus berkembang karena penelitian yang berkelanjutan, kemajuan teknologi, dan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan dalam lingkungan binaan. Aspek memerangi perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan tetap penting.
Bangunan gedung hijau, yang juga dikenal sebagai bangunan berkelanjutan, adalah bangunan yang dirancang untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya. Bangunan hijau berfokus pada penciptaan kondisi lingkungan dan teknis yang menguntungkan penghuninya di seluruh fase desain, konstruksi, dan operasi.
Bangunan gedung hijau bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi dengan mengadopsi teknologi dan fitur hemat energi seperti lampu LED, jendela hemat energi, isolasi, dan sistem HVAC efisiensi tinggi. Langkah-langkah ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menurunkan biaya operasional.
Karakteristik Bangunan Gedung Hijau
- Efisiensi Energi: Bangunan hijau mengutamakan meminimalkan konsumsi energi melalui penerapan teknologi hemat energi, termasuk lampu LED, jendela hemat energi, insulasi, dan sistem HVAC efisiensi tinggi. Langkah-langkah ini secara signifikan mengurangi jejak karbon dan biaya operasional.
- Material Berkelanjutan: Bangunan hijau menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan dan tahan lama. Bangunan ini menggunakan material yang mengandung komponen daur ulang, sumber daya yang dapat diperbarui dengan cepat, dan proses ekstraksi berdampak rendah. Material berkelanjutan mengurangi dampak bangunan terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.
- Integrasi Sumber Energi Terbarukan: Banyak bangunan hijau yang menggabungkan sumber energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin, atau sistem panas bumi. Pembangkitan energi terbarukan di lokasi mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca dalam ruangan.
- Kualitas Lingkungan: Bangunan hijau mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya. Bangunan ini memastikan kualitas udara dalam ruangan yang baik dengan menggunakan material rendah emisi, sistem ventilasi yang tepat, dan pencahayaan alami. Sinar matahari yang cukup dan akses ke pemandangan luar ruangan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan hidup yang nyaman, yang menentukan kinerja proyek bangunan.
- Minimalisasi dan Daur Ulang Limbah: Bangunan hijau bertujuan untuk meminimalkan limbah selama konstruksi dan operasi. Bangunan ini mencakup program daur ulang dan menggunakan material yang mudah didaur ulang atau terurai secara hayati, sehingga mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir.
Dampak Bangunan Hijau
- Dampak Lingkungan, Bangunan Gedung Hijau mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi energi dengan meningkatkan efisiensi energi dan mengintegrasikan sumber energi terbarukan. Bangunan hijau juga menghemat sumber daya air, mengurangi konsumsi air, dan mencegah pencemaran air melalui pengelolaan air yang efisien. Selain itu, bangunan hijau melindungi ekosistem alam melalui pemilihan material yang ramah lingkungan dan teknik daur ulang.
- Dampak Sosial, Bangunan hijau memiliki dampak positif pada kualitas udara dalam ruangan dan kesehatan penghuninya. Bangunan hijau meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan penghuni gedung sekaligus mendorong tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan lingkungan. Selain itu, bangunan hijau sering kali mendorong interaksi sosial dan rasa kebersamaan melalui desain dan penciptaan ruang publik dan fasilitas yang berkelanjutan. Bangunan-bangunan ini juga memainkan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja hijau lokal dan mendukung pembangunan berkelanjutan industri manufaktur terkait. Sebagai contoh kehidupan berkelanjutan, bangunan hijau meningkatkan kesadaran akan pentingnya tanggung jawab lingkungan, menginspirasi individu dan organisasi untuk mengadopsi praktik yang lebih ramah lingkungan. Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi pada upaya kolektif untuk membangun masyarakat yang lebih sadar lingkungan dan sosial.
- Manfaat Ekonomi, Bangunan hijau menawarkan banyak keuntungan ekonomi yang menjadikannya pilihan yang sangat baik bagi individu, bisnis, dan masyarakat. Salah satu manfaat utamanya adalah penghematan biaya jangka panjang. Melalui desain hemat energi, integrasi sumber energi terbarukan, dan langkah-langkah konservasi air, bangunan hijau dapat secara signifikan mengurangi tagihan listrik dan biaya operasional, yang mengarah pada penghematan secara keseluruhan. Selain itu, bangunan-bangunan ini cenderung memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dan harga sewa yang lebih tinggi, sehingga berkontribusi pada peningkatan nilai properti dan daya saing di pasar. Bangunan hijau juga meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan meningkatkan kesehatan penghuninya. Bangunan ini meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan penghuninya, serta pengembangan masyarakat yang mendorong terciptanya lingkungan yang sehaat. rasa tanggung jawab terhadap perlindungan lingkungan. Hal ini dicapai melalui penyediaan ruang publik dan fasilitas dalam bangunan hijau, seperti yang disebutkan sebelumnya, yang memfasilitasi interaksi sosial di antara komunitas bangunan. Lebih jauh lagi, bangunan hijau memainkan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja hijau lokal dan mendukung pembangunan berkelanjutan industri bangunan hijau.
Hambatan Terhadap Bangunan Gedung Hijau
Meskipun banyak manfaatnya dan potensi dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi, bangunan hijau masih menghadapi beberapa kendala dalam penerapannya secara luas.
- Tantangan 1: Biaya Awal yang Lebih Tinggi untuk Teknologi Berkelanjutan dan Material Ramah Lingkungan, investasi awal yang dibutuhkan untuk bangunan hijau bisa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konstruksi tradisional, yang dapat membuat beberapa pengembang dan pemilik properti enggan untuk berinvestasi.
- Tantangan 2: Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman tentang Manfaat Jangka Panjang, kurangnya kesadaran dan pemahaman mengenai manfaat jangka panjang dari praktik bangunan hijau dapat menyebabkan skeptisisme dan penolakan terhadap perubahan. Insentif dan kebijakan pemerintah yang tidak memadai untuk mendukung inisiatif bangunan hijau juga dapat menjadi hambatan, karena kebijakan dan insentif tersebut mungkin belum secara efektif mempromosikan atau menghargai praktik berkelanjutan. Khususnya di wilayah yang kurang berkembang, terbatasnya ketersediaan tenaga kerja terampil dan keahlian dalam teknologi bangunan hijau dapat semakin menghambat penerapan teknologi bangunan hijau.
- Tantangan 3: Persepsi Yang Berprasangka Buruk, persepsi yang merugikan bahwa bangunan hijau dapat mengorbankan aspek estetika dan fungsional dapat membuat calon pemangku kepentingan enggan memilih desain hijau.
- Tantangan 4: Hambatan Regulasi, Kurangnya Dukungan Politik, dan Standar Kode Bangunan Yang Tidak Memadai, hambatan regulasi, kurangnya dukungan politik, dan tidak adanya kode bangunan standar yang tepat dapat menimbulkan tantangan signifikan terhadap penerapan praktik bangunan hijau secara luas.
Studi Kasus: Kisah Sukses Bangunan Gedung Hijau
Kasus 1: One Angel Square, Manchester, Inggris.
Bangunan 14 lantai yang rampung pada tahun 2013 ini menjadi kantor pusat Co-operative Group. Bangunan ini telah meraih peringkat BREEAM tertinggi yang mengakui kualitas dan kinerja lingkungannya yang unggul. Fitur hemat energi bangunan ini mencakup sistem ventilasi campuran yang canggih, mekanisme pemulihan panas yang canggih, dan sistem manajemen bangunan canggih yang mengoptimalkan penggunaan energi. One Angel Square telah dirancang untuk memaksimalkan penggunaan cahaya alami sambil meminimalkan perolehan panas matahari, dan panel fotovoltaik digunakan pada fasad dan atap bangunan untuk menghasilkan energi terbarukan. Selain itu, bangunan ini menggabungkan pemanenan air hujan dan daur ulang air limbah untuk mengurangi konsumsi air secara signifikan. Dengan fokus pada keberlanjutan, bangunan hijau ini menetapkan standar baru untuk konstruksi berkelanjutan di Inggris dan berfungsi sebagai contoh utama tentang bagaimana desain dan teknologi inovatif dapat menciptakan bangunan yang lebih hijau, lebih efisien, dan lebih estetis.
Kasus 2: Bullitt Centre, Seattle, AS
Dibangun pada tahun 2013, gedung perkantoran komersial enam lantai ini telah mendapatkan pengakuan sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Gedung ini terkenal sebagai gedung perkantoran yang "paling hijau dan paling hemat energi", mengonsumsi sekitar 83% lebih sedikit energi daripada gedung perkantoran rata-rata di Seattle, sehingga menghasilkan konsumsi energi dan air nol. Bullitt Centre telah memperoleh pengakuan internasional atas kinerja keberlanjutannya yang luar biasa dan status nol energi.
Dirancang untuk memenuhi standar ketat Living Building Challenge, Bullitt Centre menggabungkan berbagai teknologi canggih dan elemen desain yang ramah lingkungan. Bullitt Centre dilengkapi panel surya atap yang menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi gedung, bersama dengan sistem pemanenan air hujan inovatif yang memenuhi semua kebutuhan air gedung. Bangunan ini menyediakan pengelolaan sumber daya berkelanjutan yang patut dicontoh. Desain selubungnya yang efisien memaksimalkan cahaya alami sekaligus meminimalkan kehilangan panas, dan bio-toiletnya memastikan tidak ada pembuangan air limbah.
Komitmen Bullitt Centre terhadap keberlanjutan semakin ditegaskan oleh dampak lingkungan yang rendah dari bahan bangunannya. Bullitt Centre tidak hanya meminimalkan jejak ekologisnya, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan lebih produktif bagi para penghuninya. Bangunan bersejarah ini menjadi contoh arsitektur hijau yang berpengaruh secara global, yang menunjukkan kepada dunia bahwa memang memungkinkan untuk membangun bangunan yang memadukan keberlanjutan, efisiensi energi, dan kesejahteraan manusia secara mulus.
Kasus 3: Shanghai Central Tower, Tiongkok.
Shanghai Central Tower adalah kisah sukses bangunan hijau yang luar biasa yang telah memenangkan pengakuan global atas desain berkelanjutannya yang memelopori. Selesai dibangun pada tahun 2015, gedung pencakar langit setinggi 127 lantai dan 632 meter ini adalah salah satu bangunan tertinggi dan paling ikonik di Shanghai. Menara ini mengambil pendekatan holistik terhadap keberlanjutan, memanfaatkan teknologi dan strategi canggih untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan. Fasad lapisan ganda yang mencolok bertindak sebagai penyangga termal, memberikan isolasi yang lebih baik dan mengurangi konsumsi energi untuk pemanasan dan pendinginan. Menara ini memiliki sistem pencahayaan hemat energi dan langkah-langkah konservasi air canggih yang secara signifikan mengurangi konsumsi energi dan air. Selain itu, Shanghai Central Tower memiliki sistem pemanenan air hujan yang luas, yang tidak hanya menghemat air tetapi juga membantu mengairi taman vertikal yang rimbun di gedung tersebut. Keseimbangan yang harmonis antara modernitas dan keberlanjutan memperjelas bahwa bangunan hijau ini melambangkan komitmen Tiongkok terhadap pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan telah mengantarkan gelombang baru bangunan ramah lingkungan di seluruh dunia.
Kasus 4: Sekolah Oasis di Kirgistan.
Sekolah Oasis di Kirgistan menjadi kisah sukses bangunan hijau yang luar biasa, yang menunjukkan kekuatan bangunan berkelanjutan dalam lingkungan pendidikan. Sekolah inovatif ini, yang dibangun pada tahun 2019, merupakan model kepedulian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Bangunan ini dirancang agar selaras dengan lanskap sekitarnya, menggunakan material lokal yang berkelanjutan dengan dampak minimal terhadap lingkungan. Kebutuhan energi sekolah dipenuhi melalui kombinasi panel surya dan turbin angin yang terpasang, yang memastikan pasokan energi bersih dan terbarukan. Selain itu, strategi desain pasif seperti ventilasi alami dan optimalisasi cahaya matahari mengurangi konsumsi energi sekolah sekaligus menyediakan lingkungan belajar yang nyaman dan mendukung bagi siswa. Sekolah Oasis juga mempromosikan konservasi air melalui sistem pemanenan air hujan dan perlengkapan pipa yang efisien, sehingga mengurangi konsumsi air.
Selain fitur keberlanjutannya, sekolah ini memupuk pendidikan lingkungan dengan menanamkan rasa tanggung jawab lingkungan kepada siswa dan memberdayakan masyarakat setempat untuk mengadopsi praktik berkelanjutan. Sekolah Oasis menjadi bukti potensi transformatif bangunan hijau untuk berdampak positif pada lingkungan, kehidupan siswa, dan masyarakat sekitar.
Strategi Utama untuk Desain dan Konstruksi Bangunan Gedung Hijau
Pemilihan lokasi dan penataan lanskap bangunan hijau memegang peranan penting dalam desain berkelanjutan, yang secara signifikan meningkatkan kinerja lingkungan dan kelayakan huni bangunan tersebut. Selama proses pemilihan lokasi bangunan hijau, berbagai faktor lingkungan, seperti orientasi matahari dan arah angin, dipertimbangkan secara saksama. Pendekatan yang cermat terhadap lokasi lokasi ini memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami, mengurangi ketergantungan pada pencahayaan dan pemanas buatan, serta meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Selain itu, penataan lanskap bangunan hijau harus memprioritaskan penggunaan tanaman asli dan tahan kekeringan yang membutuhkan lebih sedikit air dan perawatan. Memasukkan permukaan yang dapat menyerap air dan menerapkan sistem pemanenan dan penyimpanan air hujan dapat mengelola limpasan air hujan secara efektif, sehingga mengurangi beban pada infrastruktur kota. Atap dan dinding hijau dapat lebih meningkatkan efisiensi energi dan keanekaragaman hayati di daerah perkotaan, sekaligus menyediakan isolasi. Dengan mengadopsi solusi bangunan hijau yang dipertimbangkan dengan baik, keselarasan dengan lingkungan tercapai, keberlanjutan dipromosikan, dan kontribusi diberikan pada kesejahteraan penghuni dan planet secara keseluruhan.
Deskripsi dari acara olahraga | Konsumsi energi | Penurunan (%) | Penghematan Biaya (%) |
---|---|---|---|
Pencahayaan Hemat Energi | Mengganti lampu tradisional dengan lampu LED | 30 | 25 |
Panel Surya | Pemasangan panel surya pada atap | 50 | 70 |
HVAC Efisiensi Tinggi | Sistem beralih ke unit pemanas dan pendingin yang canggih | 20 | 15 |
Jendela Hemat Energi | Memasang kaca ganda dengan jendela rendah emisi | 25 | 20 |
Isolasi Bangunan | Meningkatkan isolasi dinding dan atap | 40 | 35 |
Sensor Kehadiran | Memasang sensor gerak untuk kontrol pencahayaan | 10 | 5 |
Panen Air Hujan | Mengumpulkan dan menggunakan air hujan untuk kebutuhan non-minum | 15 | 10 |
Atap Hijau | Memasang atap yang ditutupi vegetasi | 20 | 15 |
Cahaya Siang Hari | Memaksimalkan penggunaan cahaya alami berdasarkan desain | 10 | 15 |
Pedoman efisiensi energi sangat penting bagi bangunan hijau untuk meminimalkan dampak lingkungan dan memaksimalkan efisiensi energi. Memprioritaskan strategi desain yang efisien sangat penting dalam hal ini. Ini termasuk mengoptimalkan orientasi bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami dan pemanas surya pasif. Selain itu, menggabungkan jendela hemat energi dengan lapisan rendah emisi dan kaca ganda atau rangkap tiga dapat mengurangi perpindahan panas dan meningkatkan kenyamanan termal dalam bangunan hijau. Pertimbangkan dampak konstruksi terhadap siklus hidup material dan pilih material yang berkelanjutan dan ramah lingkungan yang membutuhkan lebih sedikit energi selama produksi dan dapat didaur ulang atau terurai secara hayati di akhir masa pakainya. Misalnya, insulasi berkinerja tinggi harus digunakan untuk menjaga suhu ruangan tetap stabil, sehingga mengurangi kebutuhan konstan untuk pemanasan atau pendinginan. Material insulasi berkinerja tinggi seperti busa semprot atau selulosa dapat meningkatkan efisiensi energi bangunan secara signifikan.
Sistem Manajemen dan Evaluasi Konfigurasi
Strategi sistem evaluasi dan manajemen konfigurasi sangat penting dalam merancang dan membangun bangunan hijau yang mempromosikan keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan. Strategi ini mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pemantauan yang cermat. semua elemen yang terlibat dalam proses pembangunan untuk memastikan integrasi yang mulus dan praktik yang berkelanjutan. Elemen utama dari proses ini meliputi pelaksanaan penilaian siklus hidup yang komprehensif untuk mengevaluasi dampak lingkungan, menetapkan tujuan keberlanjutan yang jelas, dan mematuhi standar dan sertifikasi bangunan hijau yang diakui, seperti LEED (Leadership in Energy and Environmental Design). Kolaborasi yang efektif antara arsitek, insinyur, dan kontraktor difasilitasi melalui teknik manajemen konfigurasi yang kuat, termasuk kontrol versi desain dan dokumen, untuk memastikan kepatuhan terhadap tujuan lingkungan. Selain itu, pemantauan dan evaluasi berkelanjutan selama fase konstruksi mengidentifikasi setiap penyimpangan dari praktik ramah lingkungan, yang memungkinkan tindakan perbaikan tepat waktu.
Jika sistem ventilasi dan pendingin udara yang efisien diadopsi, pilihan sistem HVAC harus memprioritaskan efisiensi energi dan ukuran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan bangunan. Memanfaatkan teknologi canggih seperti sistem aliran refrigeran variabel (VRF) atau pompa panas bumi (GSHP) dapat secara signifikan mengurangi konsumsi energi [10]
Penerapan teknologi bangunan pintar dan energi dalam sistem kontrol memungkinkan pemantauan dan pengoptimalan penggunaan energi secara real-time, sehingga memungkinkan pengelolaan kontrol iklim, pencahayaan, dan sistem lain yang membutuhkan banyak energi dengan lebih baik. Pengoperasian dan pemantauan sistem bangunan secara berkala memastikan sistem tersebut beroperasi pada efisiensi puncak, dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
Kesimpulan
Bangunan Gedung Hijau menandai transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan sadar lingkungan. Dengan memanfaatkan desain inovatif, teknologi hemat sumber daya, dan bahan bangunan berkelanjutan, bangunan hijau secara signifikan mengurangi jejak karbon sekaligus menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat dan nyaman. Struktur ini menggambarkan koeksistensi yang harmonis antara manusia dan alam, menciptakan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan konservasi sumber daya Bumi yang berharga.
Karena keharusan untuk memerangi perubahan iklim dan melindungi lingkungan menjadi semakinnyata, dan karena kesadaran dan penerimaan terhadap praktik bangunan hijau terus tumbuh, berinvestasi dalam praktik ini tidak lagi sekadar pilihan, tetapi tanggung jawab dan investasi strategis dalam membentuk dunia yang lebih hijau dan lebih sehat. Melalui upaya kolaboratif yang mencakup pembangun, arsitek, dan masyarakat secara keseluruhan, praktik bangunan hijau yang berkelanjutan harus diperjuangkan sebagai prioritas utama, memastikan masa depan yang lebih hijau dan lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Referensi
1. M. Logachev, E. Tolkacheva, S. Shibaev, V. Chernova, A. Butyrin, E3S WoC 40307011 (2023).
2. C. J. Kibert, Sustainable building: designing and realising green buildings (Wiley, 2016).
3. M. Logachev, O. Korotun, E3S WoC 460, 08011 (2023).
4. I. Krasnikova, O. Mudrakova, E3S WoC 515, 02024 (2024)
5. M. Logachev, L. Krylova, E3S WoC 462, 02041 (2023).
6. D. Giessen, Subnature: The other medium of architecture (Princeton Architectural Press, 2010).
7. D. Clements-Crum, Creating a productive workplace (CRC Press, 2013).
8. А. Krasnikov, I. Nikishina, O. Mudrakova, I. Krasilnikov, BIO Web Conf. 83, 05003 (2024)
9. M. Logachev, A. Tkachev, I. Nikishina, E3S WoC 363, 02036 (2022).
10. B. Edwards, The illustrated green building(Wiley, 2019)
Posting Komentar